pita deadline

pita deadline

Senin, 18 September 2017

Ekokardiografi: Perkembangan Teknologi Canggih Teman Setia Dokter Jantung

Teknologi Ekokardiografi setidaknya telah berkembang selama 45 tahun. Dari alat yang simpel seperti M-mode, pencitraan 3 dimensi hingga alat ekokardiografi genggam/portabel. Bagaimana dampaknya pada terapi penyakit jantung?


EKOKARDIOGRAFI telah lama menjadi teman setia dokter jantung untuk mendiagnosa penyakit pasiennya. Piranti ini memang menjadi pilihan karena selain tingkat akurasinya, juga non invasif sehingga aman bagi tubuh dan nyaris tidak beresiko.
Alat ini lebih banyak mengandalkan teknologi suara (ultrasound) untuk mendeteksi kelainan jantung. Perkembangannya lebih pesat lagi sejak para ahli mampu mengubah sinyal analog menjadi digital sejak dekade lalu sehingga turut mempengaruhi teknologi ekokardiografi.
Boleh dikata, teknologi ekokardiografi setidaknya telah berkembang selama 45 tahun. Dimulai dari penerapan alat deteksi jantung M-­Mode hingga terciptanya pencitraan jantung secara dua hingga tiga dimensi, penggunaan gelombang Doppler, pewarnaan jaringan dan aliran darah hingga transesophageal echocardiography (TEE).


Ahli yang sering disebut berjasa mengembangkan teknologi “USG Jantung” ini antara lain Inge Edler (1911-2001), dari Lund University, Swedia. Edler tercatat sebagai ahli jantung pertama yang berusaha menerapkan teknologi ultrasonik untuk bidang kesehatan. Pada 1953, Edler akhirnya berhasil menciptakan alat ekokardiografi pertama. Dalam mengembangkan alat tersebut, Edler bekerja sama dengan ahli fisika Carl Hellmuth Hertz, putra dari peraih Nobel Fisika Gustav Hertz. Berkat pencapaiannya itu, Edler kerap disebut sebagai “Bapak Ekokardiografi” dunia.
Dari temuan-temuan itulah, kini peralatan ekokardiografi berkembang pesat menjadi berbagai jenis. Diantaranya yang paling sering digunakan antara lain pemeriksaan M-mode, ekokardiografi dua dimensi (2D), pemeriksaan Doppler (spectral Doppler, colour Doppler, tissue Doppler) dan ekokardiografi tiga dimensi (3D).

M-mode
Teknik deteksi M-mode boleh dibilang paling simpel dibandingkan dengan teknik ekokardiografi lainnya. M-mode menghasilkan pecitraan satu dimensi dari struktur jantung berdasarkan posisi dan gerak (monotion). Inilah teknologi yang pertama kali digunakan dan hingga sekarang masih banyak yang memanfaatkannya.

Ekokardiografi 2 dimensi
Pemeriksaan ekokardiografi dua dimensi memiliki kemampuan deteksi lebih baik dibanding M-mode. Dengan menggunakan alat ini, ruang dan dinding jantung serta gerakannya dapat terdeteksi, begitu juga dengan katup dan pembuluh darah besar. Struktur lain di dalam maupun di luar ruang jantung seperti misalnya: massa intrakardiak, trombus, celah pada sekat jantung, vegetasi, dan struktur­struktur lainnya dapat dideteksi dengan pemeriksaan 2­DE.



Ekokardiografi Doppler
Teknik ini mengembangkan teknologi yang sudah ada dengan lebih canggih, yakni melibatkan prinsip Doppler. Ada beberapa jenis pemeriksaan Doppler yang digunakan dalam pemeriksaan rutin, yaitu spectral Doppler, color Doppler dan tissue Doppler. Dengan adanya tambahan teknologi Doppler, dokter jantung kini dapat mendeteksi aliran darah, denyut jantung, kinerja katub­katub dan sebagainya dengan lebih realistis.

Ekokardiografi 3 dimensi
Teknik 3 dimensi ­­juga sering disebut sebagai 4 dimensi jika citra jantung yang tampil bergerak­­ merupakan teknologi mutakhir dari alat deteksi ini. Alat ini dipercaya mampu mendeteksi beragam penyakit jantung, kerusakan pembuluh darah dan cardiomyopathies. Citra yang ditampilkan lebih realistik. Selain itu, ekokardiografi 3 dimensi ini juga sangat berguna dalam membantu ahli bedah jantung selama tindakan intraoperatif dan postoperatif intervensi bedah.
Perkembangan teknologi deteksi jantung tentu tak berhenti sampai disini. Para ahli terus mengembangkan teknologi ekokardiografi agar lebih canggih dengan pencitraan yang lebih sempura dan akurat. Bahkan dari segi ukuran alat dan penggunaannya menjadi lebih praktis, simpel dan efektif.
Salah satu perkembangan paling mutakhir bisa dilihat dari telaah peneliti Sherif F. Nagueh, MD. dan Miguel A. QuiƱones, MD (2014). Tergambar sejumlah perkembangan teknologi terbaru menyangkut ekokardiografi, antara lain sebagai berikut:

Perbaikan kualitas deteksi pada pencitraan dan jaringan tubuh
Selain kemampuan alat, tingkat keahlian sonographer juga menentukan hasil ekokardiografi, begitu juga dengan kondisi tubuh pasien sendiri. Kini para ahli berhasil mengembangkan agen/unsur ultrasound yang terdiri dari gelembung­gelembung mikro khusus (microbubbles). Agen ini dipercaya memiliki pantulan gelombang ultrasonik yang lebih sempurna dibandingkan teknologi sebelumnya. Selain itu, jika diinjeksikan ke tubuh, microbubbles ini cukup lancar mengalir di saluran darah kapiler.

Perbaikan dalam pencitraan strain
Strain (S) dan strain rate (SR) imaging adalah salah satu teknologi yang menjanjikan dalam mendeteksi kelainan fungsi jantung. Sebelumnya, deteksi strain dilakukan dengan metode Doppler. Namun kini teknologi baru memungkinkan penggunaan pencitraan titik warna digital (speckle tracking) karena hasil deteksi yang lebih jelas dan dapat direproduksi dengan gampang. Metoda analisis dapat dilakukan secara online maupun off line. Perkembangan terbaru, para ahli juga telah mulai menggabungkan pencitraan strain ini dengan sistem 3 dimensi sehingga lebih akurat.

Pengembangan piranti ekokardiografi genggam
Seperti perkembangan piranti elektronik lainnya, para ahli juga berusaha membuat ekokardiografi semakin praktis dan nyaman digunakan. Begitu juga dengan wujudnya yang semakin mengecil dan ringan. Bahkan dapat dimasukkan ke dalam tas. Para ahli telah mengembangkan piranti ekokardiografi 2 dimensi dan Doppler warna untuk mendeteksi jantung. Walau demikian, karena keterbatasan kemampuan pencitraan alat ini, penggunaan ekokardiografi genggam hendaklah hanya dilaksanakan oleh sonografer yang berpengalaman.*

[Tim InaHeartnews]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar