pita deadline

pita deadline

Selasa, 25 April 2017

One Heart di Heart House, Markas PP Perki

Di markas yang baru, sekretariat Perki lebih satu hati. Tempat menghidupkan segala aktivitas Perki.

GEDUNGnya mirip ruko berlantai empat. Model bangunannya tampak berbeda dari bangunan lain yang umumnya adalah perumahan di Jalan Katalia Raya nomor 5, Kota Bambu, Jakarta Barat. Itulah markas Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) yang diresmikan pada 30 November 2016 dengan nama “Heart House”.  
Di sanalah, setidaknya ada 20 personil sekretariat yang “one heart” alias “satu hati” menghidupkan aktivitas Perki sehari­hari. Mereka mengurus segala hal dari menjalankan kesekretariatan Perki, Jurnal Kardiologi, Koperasi Konsumen Jantung Indonesia (KKJI), Kolegium Perki, Pokja PIKI, Pokja InaHRS hingga beragam persiapan pertemuan penting seperti Asmiha dan Kongres. 
“Jam kerja kami di sekretariat mulai pukul delapan sampai empat sore. Tapi kenyataannya pasti pulang lebih dari jam empat,” tutur Rina Dwiningsih Kepala Kesekretariatan PP. PERKI. “Lebih­-lebih lagi kalau ada acara penting, seperti Asmiha, pulang bisa tengah malam lebih. Itu sudah biasa… kami jalani saja,” kata Mbak Rina, demikan panggilan akrabnya.

Menempati gedung baru, biasanya memang harus melalui masa penyesuaian. “Kantor baru memang jauh lebih enak dari yang lama,” kata Rina. Namun karena lokasinya yang di luar RS Harapan Kita, ada juga dampak yang timbul. “Dokter-­dokter yang dulunya sering mampir sekedar nengok sekarang agak jarang mampir. Mungkin jaraknya yang tanggung, kalau jalan kaki lumayan berkeringat, kalau bawa kendaraan memang terlalu dekat,” tutur Rina tersenyum.
Rasa kangen dikunjungi juga melanda Fairly Yulia dan Nurning Hakki dari staf sekretariat Kolegium Perki. “Sekarang pengurus Kolegium agak jarang datang nengokin kita, mungkin karena jauh. Tapi setiap ada pertemuan pasti datang,” kata Mbak Uli panggilan akrab Fairly. “Enak di kantor dulu, karena rame, sering ditengokin dokter-­dokter. Di sini jadi sepi,” seloroh Nurning.
Walau begitu, sejumlah personil penting Perki tetap berkunjung. “Mereka rutin sengaja datang ke sini. Jadi kami tidak merasa ditinggalin sama para pengurus,” kata Rina.

Dampak lainnya yang berpengaruh, apalagi kalau bukan menu jajanan. “Enggak ada makanan di sini, gak ada warung, gak ada tukang jualan yang deket-­deket,” kata Rigie alias Aristide Legiman dari bagian Umum. Hal yang sama dirasakan Muti atau Mutmainah, Sekretaris KKJI. “Di sini susah nyari jajanan. Kalau di lokasi lama begitu ke luar kantor langsung ketemu warung makan,” kata Mutmainah (Muti), Sekretaris KKJI.
Tetapi bagi bagian keamanan, suasana sepi ini memang menguntungkan. “Lebih enak di sini, suasananya tenang, tamu yang datang hanya orang­-orang yang berkepentingan saja. Tidak ada orang luar yang datang seenaknya,” kata Suroso dengan sumringah.
Toh, dari beragam kelebihan dan kekurangan itu, mereka sepakat suasana Heart House memang membuat lebih kompak. “Kita jadi lebih sering pesan makanan ke Pak Herman (Suherman alias “Pak He”). Karena menunya sama jadi kita merasa seperti keluarga saja,” kata Rina. “Sesekali ada juga yang bawa makanan, kita bagi rame­-rame. Kalau ada rezeki, kita beli makanan dan dimakan rame-­rame, biar terjalin kebersamaan dan menciptakan suasana kerja yang enak. Agar kita bisa bekerja ‘satu rasa satu warna’ gitu lah,” kata Rina lagi.

Tak hanya itu, di luar kesibukan sekretariat, kebersamaan selalu diciptakan para pengurus sekretariat Perki. Mulai dari darmawisata, makan dan jalan-­jalan bersama. “Pokoknya kita usahakan untuk segalanya lebih maju, kebersamaan, kekeluargaan dan kesuksesan bersama,” kata Rina lagi. Semangat!


[Tim InaHeartnews]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar