pita deadline

pita deadline

Kamis, 15 Januari 2015

Kardiologi Kuantum (31): Transplantasi Jantung "Mati"

"If you would indeed behold the spirit of death, open your heart wide unto the body of life. For life and death are one, even as the river and the sea are one." - Kahlil Gibran

SALAM KARDIO. Hari Jumat, 24 Oktober 2014 media di Australia mengumumkan langkah kemajuan para peneliti dan ahli bedah jantungnya dalam transplantasi jantung terhadap 2 pasien dengan menggunakan jantung donor yang sudah berhenti berdenyut. Penemuan ini membuka kemungkinan lebih banyak pasien yang dapat ditolong setelah sekian lama menunggu transplantasi jantung. Setelah jantung tersebut dibuk-tikan mati selama 20 menit sebelum di resusitasi menggunakan cairan khusus baru kemudian di transplantasikan ke tubuh pasien. Peneliti memperkirakan akan menolong lebih banyak pasien sampai 30%. Teknik ini dikembangkan oleh Institut Riset Jantung Victor Chang dan Rumah Sakit St Vincent di Sydney.
Secara tradisionil, jantung donor dipersiapkan setelah terjadi kematian batang otak, tetapi jantung masih berdenyut. Jika denyut jantung berhenti, terjadi kekurangan pasokan oksigen. Kekurangan oksigen ini menyebabkan kerusakan dan kematian sel-sel jantung, sehingga transplantasi tersebut menjadi tidak ideal. Oleh karena itu, dibutuh-kan jantung yang masih berfungsi, di simpan di dalam es, dan di cangkokkan ke penerimanya dalam waktu 4 jam untuk menjaga kualitas jaringannya. Sementara itu pada organ ginjal dan liver telah dapat dilakukan setelah kematian sedangkan pada jantung tidak pernah.
Tim riset tersebut dipimpin oleh Professor Bob Graham, Direktur Eksekutif dari Institut Victor Chang menyatakan bahwa salah satu pasien donor telah kehilangan sebagian besar otaknya. Yang menyedihkan adalah sebagian kecil masih berfungsi sehingga tidak dapat diklasifikasikan sebagai suatu kematian. Keluarganya diberi tahu bahwa pasien calon donor ini tidak mempunyai harapan hidup lagi. Setelah keluarganya setuju, semua bantuan hidup termasuk mesin pernafasan dihentikan, sementara itu tampak jantungnya berhenti berdenyut perlahan-lahan dalam waktu 15 menit. Secara hukum ditunggu lagi selama 5 menit dan dipastikan benar-benar berhenti baru jantungnya dikeluarkan dan diletakkan dalam boks peralataan yang dapat memasukkan darah yang mengandung oksigen. Pelan-pelan jantung berdenyut kembali, kehangatan-nya dapat dijaga, diberi cairan pendukungnya, dan jantungnya dapat dibawa bersama dengan tempatnya tersebut. Di manakah kunci keberhasilannya? Apakah terletak pada cairan pendukungnya atau pada boks peralatannya yang dapat menyalurkan darah, cairan pendukung dan kemampuan menghangatkannya? Menurut Bob Graham kedua-duanya sama pentingnya karena secara aktual dapat terlihat awal jantung berdenyut dan berfungsi dengan baik akan lebih meyakinkan ahli bedah.
Definisi kematian adalah matinya batang otak yang diperlihatkan oleh 2 elektroenfalogram, suatu rekaman aktivitas gelombang otak dalam 24 jam. Pada keadaan ini pasien di klasifikasikan sebagai meninggal, semua bantuan hidup masih dapat diberikan sampai jantungnya dapat diambil. Jantungnya masih berdenyut dan tekanan darahnya masih baik, ia masih mendapatkan oksigen kemudian jantungnya diambil, diletakkan dalam es dan dibawa ke penerimanya. Dengan sistim Dr Graham dapat meningkatkan jumlah donor sebesar 20-30% dari sebelumnya. Sekarang jantungnya dapat dipertahankan dalam waktu lebih lama. Sebagai perbandingan, kita hanya dapat mempertahankan dalam waktu 4 jam saja di dalam es, sehingga donor jantung hanya memungkinkan diperoleh pada jarak antara kota Queensland sampai Sydney. Sekarang memungkinkan mendapatkan donor di seluruh benua Australia, mendapatkan waktu pencocokan lebih baik sehingga sehingga persiapan dapat diperbaiki sejak awal untuk proses jangka panjangnya.
Lompatan panjang ini bukan hanya bermanfaat bagi Australia saja tetapi juga untuk seluruh dunia bahkan definisi kematian bukan hanya mati batang otak tetapi adalah mati jantung. Di negara-negara yang sebelumnya tidak memungkinkan dilakukannya transplantasi jantung karena definisi kematiannya adalah matinya jantung dan bukan mati batang otak seperti Jepang, Vietnam dan negara-negara lainnya. Secara potensial terbuka kemungkinan untuk melakukannya dengan metode ini.
Kedua pasien yang dioperasi oleh ahli bedah jantung Peter MacDonald dan Kumud Dhital dalam keadaan sangat baik. Pasien pertama Michelle Gribilar, wanita berumur 57 tahun dari Sydney, sudah keluar dari rumah sakit. Pasien kedua Jan Damen menerima jantung 2 minggu sebelum berita ini dirilis, memerlukan waktu perawatan lebih pendek. Pada donor pasien yang pertama awalnya kelihatan penampilan jantungnya sangat buruk ketika diangkat. Setelah dimasukkan dalam “kotak [mesin] Graham” pelan-pelan jantungnya kembali berdenyut dan pada pemeriksaan histologi pada biopsi jantungnya dan ekhokardiogram memperlihatkan fungsi jantung yang normal. Ini merupakan lopatan kedepan yang spektakuler sehingga dapat menolong kira-kira 30-40% pasien yang belum tertolong pada saat ini. Tim Dr Graham memerlukan waktu 12 tahun untuk mengembangkan cairan dan pompa yang menjaga oksigenisasi jantung, mengurangi kerusakan dan mempertahan-kan jaringan. Jantung yang tadinya berwarna biru saat diambil dari donor kembali lagi menjadi berwarna pink dan organ tersebut diresusitasi menjadi berdenyut kembali. Keadaan ini sangat penting karena berdenyutnya kembali jantung di dalam kotaknya yang khusus tersebut merupakan indikator yang baik yang menjamin jantung berfungsi kembali setelah di transplantasikan kepada penerimanya.   
Prof. Mohamed Omar Salem menulis bahwa banyak kebudayaan berpendapat bahwa jantung merupakan sumber emosi, semangat dan kebijaksanaan. Bahkan masyarakat menggunakannya sebagai perasaan atau sensasi cinta dan suasana emosi lainnya di area jantung. Riset selanjutnya menunjukkan bahwa jantung dapat berkomu-nikasi dengan otak yang secara meyakinkan menentukan bagaimana kita menerima dan bereaksi terhadap dunia. Kelihatannya jantung memiliki logikanya sendiri yang sering berbeda dari pengarahan sistim saraf otonom. Bahkan Lacey dan Lacey, 1978 berpendapat bahwa jantung memberikan pesan yang berarti kepada otak, tidak hanya untuk dimengerti saja tetapi juga seyogyanya diikuti pesannya.
Setelah risetnya yang mendalam, Dr Armour (1994) memperkenalkan konsep “otak [di dalam] jantung” fungsionil. Risetnya menguak bahwa jantung memiliki sistim saraf intrinsik yang kompleks dan istimewa yang dapat dikualifikasikan sebagai ‘otak kecil.’ Otak kecil dalam jantung tersebut merupakan kerjasama dari beberapa tipe neuron, neurotransmitter, protein-protein dan sistim pendukungnya seperti pada otak. Sistim tersebut mampu bekerja mandiri seperti otak kepala untuk belajar, mengingat, dan bahkan merasa dan bersensasi. Sistim saraf jantung terdiri dari kira-kira 40.000 neuron, Dr. Armour (1991) menyebutnya sebagai neurit sensori. Informasi dari jantung termasuk sensasi perasaan dikirimkan ke otak melalui beberapa sistim saraf aferen. Jalur saraf aferen ini memasuki otak melalui medulla, dan secara bertingkat masuk ke pusat otak yang lebih tinggi yang berpengaruh terhadap persepsi, membuat keputusan dan proses kognitif lainnya. Riset membuktikan bahwa jantung mengkomunikasikan informasi ke otak dan seluruh tubuh melalui interaksi gelombang elektromagnetik. Jantung menghasilkan area gelombang elektromagnetik yang berirama kuat dan menyeluruh. Komponen magnetiknya lebih kuat 500 kali dibandingkan dengan area magnetik dari otak yang dapat diteteksi beberapa kaki dari badan. McCraty, Bradley dan Tomasino (2004) dalam jurnal alternatif dan kedokteran komplementer menduga bahwa lapangan megnetik jantung berfungsi sebagai gelombang pembawa informasi yang menyediakan sinyal sinkronisasi global untuk seluruh tubuh. Agak sulit dicerna bahwa pengaruh elektromagnetik atau sistim komunikasi ‘energetik’ tersebut beroperasi selapis di bawah kesadaran (awareness). Interaksi energetik berkontribusi pada atraksi atau penolakan yang terjadi di antara pribadi-pribadi, dan pengaruhnya di dalam hubungan sosial.
Candra Jiwa Indonesia berani berpendapat bahwa ketiga fungsi angan-angan manusia memang bekerja di dua organ yaitu otak dan jantung manusia. Cipta (pangaribawa) yang berkemampuan membentuk gambar-gambar fikiran dan nalar (prabawa) yang menghubung-hubungkan informasi gambar-gambar tersebut bekerja di otak. Proses interaksi antara cipta dan nalar tersebut disimpulkan oleh pengertian (pangerti, kamayan) yang tempat kerja, dan penyimpanan hasil kerjanya di jantung. Petanyaannya adalah bagaimana bila jantungnya diganti dengan jantung orang lain, apakah proses dan memorinya menjadi lain? Penulis berusaha menjawab kemungkinannya bisa saja terjadi dinamika informasi karena bekerjanya seperti sistim “cloud” pada beberapa komputer yang bersinergi, sehingga informasi tersebut selalu tersimpan di “awan” begitu salah satu komputer itu rusak dan memerlukan perbaikan atau penggantian. Sistim tersebut digunakan di dalam dunia maya internet sebagai tempat penyimpanan data di dunia maya tersebut yang dapat diakses dari mana saja kita berada, mengguna-kan komputer apa saja yang beroperasi di dunia maya tersebut. Nah, transplantasi jantung ini memunculkan suatu teori baru yang disebut oleh Kate Ruth Linton sebagai “memori seluler” pada jantung transplantasi. Salam Kuantum.
Budhi S. Purwowiyoto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar