pita deadline

pita deadline

Rabu, 06 Februari 2013

Studi SHIFT: Efek Ivabradin terhadap Hospitalisasi Rekuren Pasien Gagal Jantung Sistolik Kronis

WALAUPUN sekarang ini penggunaan intensif terapi multi obat untuk gagal jantung telah digunakan, pasien gagal jantung seringkali masuk ke rumah sakit karena perburukan gejala dan sekali masuk akan berulang kembali masuk ke rumah sakit.
Laporan memperlihatkan tingkat masuknya pasien gagal jantung 3 bulan sampai 1 tahun adalah bervariasi antara 30 dan 50%. Perburukan gagal jantung merupakan penyebab tersering pasien-pasien rehospitalisasi.
Gagal jantung menyumbang sekitar 1-2% dari total pengeluaran biaya kesehatan dan tingginya beban ekonomi dari gagal jantung semakin meningkat (sekitar 2/3 daripengeluaran).
Keuntungan maksimal terapi gagal jantung terhadap masyarakat juga membutuhkan maintenanerapi yang diberikan setelah hospitalisasi sebelumnya. Kebanyakan evaluasi terapi gagal jantung melibatkan analisis kejadian berdasarkan waktu pertama kali perburukan gagal jantung dan tidak mempertimbangkan dampak terapi setelah kejadian sebelumnya.
Dalam studi SHIFT, penurunan nadi  dengan penggunaan ivabradin dihubungkan dengan penurunan 18% keluaran primer dari waktu pertama kali kejadian kematian kardiovaskuler atau hospitalisasi akibat perburukan gagal jantung (p < 0.0001 vs plasebo).
Hospitalisasi pertama akibat perburukan gagal jantung mengalami penurunan sekitar 26% (p < 0.0001), begitu juga dengan kematian akibat gagal jantung sebesar 26% (p = 0.014).
Untuk mengetahui efek pengobatan  ivabradin, obat yang memperlambat nadi jantung, terhadap hospitalisasi rekuren akibat perburukan gagal jantung dilakukanlah sub studioleh Borer et al.
Studi SHIFT merupakan studi klinis  tersamar ganda yang menggunakan 6.505 pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat dan disfungsi sistolik ventrikel kiri, semua pasien telah dirawat 1 tahun  sebelumnya, dilakukan randomisasi terhadap terapi ivabradin maupun plasebo dalam kontek terapi yang berdasarkan panduan klinis gagal jantung (termasuk di dalamnya pemberian maksimal penghambat beta).
Total 1186 pasien yang paling sedikit 1 kali hospitalisasi gagal jantung selama  studi ini dilakukan dan 472 pasien mengalami dua kali perawatan serta 218 lagi   telah tiga kali dirawat. Pasien dengan penambahan angka hospitalisasi cenderung memiliki penyakit yang lebih berat dibandingkan yang hanya satu kali masuk rumah sakit.
Ivabradin dihubungkan dengan sedikitnya total angka hospitalisasi akibat gagal jantung (902 vs 1211 kejadian yang menggunakan plasebo; rasio insiden berkisar  0.75; 95% CI 0.65-0.87; p = 0.0002) dengan median follow up selama 22.9 bulan.
Pasien gagal jantung yang menggunakan ivabradin memperlihatkan risiko rendah untuk terjadinya hospitalisasi ulangan yang kedua maupun tiga kalinya rawat  akibat perburukan gagal jantung (HR 0.66; 95% CI 0.55-0.79; p < 0.001 dan HR 0.71; 95% CI 0.54-0.93; p = 0.012). Hasil yang sama juga didapatkan pada hospitalisasi oleh semua sebab dan kardiovaskuler.
Studi ini memperlihatkan temuan penting dari penurunan nadi oleh ivabradin, ketika ditambahkan pada terapi yang berdasarkan panduan klinis gagal jantung,  dapat memperbaiki hasil akhir klinis pasien gagal jantung.
Secara spesifik temuan ini menunjukkan pengobatan dengan ivabradin dihubungkan dengan penurunan yang nyata terhadap hospitalisasi ulangan untuk terjadinya perburukan gagal jantung. (European Heart Journal 2012; 33: 2813-20)
 

SL Purwo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar