pita deadline

pita deadline

Senin, 25 Februari 2013

Waww, Tinggi Sekali Kalori dalam Makananku Sehari-hari

DIVA, 38 tahun, seorang residen cukup senior, mengeluh “Kok berat badanku semakin membengkak ya?” Memang sih aku tidak merestriksi makanan secara ketat, karena toh aku bukan model. Aku tetap makan tiga kali sehari, dan memilih makanan yang kusukai. Aku tetap membeli snack dikala senggang, karena bisa mengurangi stress dalam keseharian di rumah sakit. Kalau menuruti keinginan tentu inginnya setiap jenis snack kusantap, nah sering aku sudah menahan diri, hanya satu porsi snack saja, dan tidak memakan daging utuh saat makan siang, tapi ternyata berat badanku tetap naik. Sebagai dokter aku sudah tahu bahwa kegemukan merupakan risiko terkena penyakit kardiovaskular.... “Duh, apa ya yang salah?”
Kejadian tersebut bukan hanya dialami Diva, banyak sekali orang lain yang terjebak dalam masalah yang sama, ada yang dikarenakan pergaulan, ada yang karena tuntutan pekerjaan, dan juga ketidaktahuan. Mari kita analisis makanan Diva.

Pagi hari adalah saat yang sibuk bagi seorang Diva. Setelah menyiapkan keperluan anak dan suaminya, Diva hanya sempat memasak mie goreng dengan telur, serta kerupuk dan segelas teh manis. Diva berhasil menahan diri tidak menambahkan dengan baso ataupun kornet, walau ia tahu bila digabungkan dengan kombinasi tersebut tentu santapan menjadi lebih lezat.


Ternyata inilah analisis kalori makan pagi Diva: Mie kemasan selain mengandung karbohidrat dan lemak yang tinggi, juga natrium yang tinggi. Ingat: makanan/minuman kemasan yang diberi pengawet, tentu berkadar natrium tinggi. Telur apabila digoreng, kalorinya langsung meningkat 45 kkal dibandingkan direbus. Kolestrol yang sangat tinggi bersumber dari bagian kuning telurnya. Kerupuk udang banyak mengandung minyak, sehingga otomatis kalorinya tinggi. Ingat bahwa 1 gram lemak setara 9 kalori vs 4 kalori yang dihasilkan dari KH atau protein. Semua kalori dari es teh manis disumbangkan oleh komponen gula pasir yang ditambahkan ke dalamnya.

Saat jam 10 pagi, ada seorang menjajakan jajanan pasar datang ke tempat kerja, Diva tergoda untuk turut membeli sebuah lemper dan risoles, “toh risolesnya isi ragut daging dan sayuran, bukan yang berisi lengkap dengan telur, keju, smoked beef, atau mayonaise, ...”, dan aku akan minum cukup dengan air putih saja.
Ini analisis snack pagi Diva.
Kedua makanan ini sebenarnya cukup standar dari segi kandungan gizi, tidak ada sesuatu yang sangat buruk. Hanya bila tadi pagi sudah makan sedemikian besar, harusnya Diva mampu menahan diri tidak membeli kedua jajanan pasar ini, dan menggantikannya dengan asupan makanan berkalori rendah dan berserat tinggi seperti buah-buahan atau kacang-kacangan.

Jam makan siang tiba, tentu saja Diva tidak mau melewatkan makan siang bersama kawan-kawannya di sebuah kafe. Karena ini makan siang, Diva merasa harus makan dengan menu yang cukup lengkap. Diva memilih satu porsi nasi putih disertai soto ayam kuah santan, satu perkedel jagung, satu porsi kerupuk emping dan satu gelas jus melon untuk serat.
Untuk makan siang, sebenarnya jumlah kalori cukup ideal. Kita bisa lihat, ternyata bila makanan tidak digoreng secara khusus, jumlah lemak akan jauh berkurang dan jumlah kalori dapat terpangkas. Sebaliknya  makanan seperti emping, walau memiliki serat cukup tinggi, begitu digoreng, dia akan menyumbangkan kalori yang banyak. Jus melon ternyata secara mengejutkan tidak menyumbangkan serat yang banyak, dan kalorinya yang tinggi tentu saja berasal dari gulanya.

Sekitar pukul 2 siang, seperti biasa dalam acara konferensi, disediakan camilan berupa gorengan. Makan gorengan di siang hari begini menjadi sangat sedap dan dapat memperbaiki mood yang tentu turun setelah konsentrasi bekerja sejak pagi. Kebetulan ada beberapa pekerjaan yang masih harus diselesaikan. Diva memakan dua buah gehu goreng dan dua buah pisang goreng. Sebenarnya Diva ingin memakan lebih banyak, tetapi dia menahan diri karena tahu bahwa gorengan mengandung lemak tinggi.
Memang rasanya nikmat, tapi ternyata nilai kalori dari kedua jenis snack ini sangat tinggi, yang lagi-lagi disumbangkan oleh komponen minyaknya.

Diva mengetahui kalau makan pada malam hari tidak boleh banyak, dan kebetulan Diva sibuk dengan berbagai urusan rumah tangga. Karena itu, Diva merasa tidak salah bila hanya memakan sekantung keripik dan sepotong kue bolu untuk menemani menonton TV sambil menunggu suaminya pulang kantor, dan tak lupa memakan dua buah jeruk sebagai asupan buahnya.
Memang Diva sudah tidak makan malam dengan karbohidrat tinggi, tetapi dengan makan snack yang renyah dan gurih seperti keripik kentang, ternyata jumlah kalori yang didapat hampir sama saja. Buah-buahan seperti jeruk, walau sudah dimakan dua buah, tidak serta merta menambah jumlah serat dengan sangat banyak.

Saat mengerjakan tugas malam hari, Diva dibawakan oleh suaminya yang pulang bekerja sebuah pizza tipis. Diva merasa tidak bersalah, kan toh tadi malam dia tidak makan besar. Diva pun meminum sebotol minuman soda yang memang sangat pas dikombinasikan dengan pizza untuk menemani Diva mengerjakan tugas untuk keesokan harinya. Karena terkantuk-kantuk, ditengah malam ia menambah sesachet kopi 3 in 1.
Sebenarnya Diva bisa saja makan lebih dari satu slice, untungnya dia berhasil menahan diri, sebab dari satu slice saja jumlah kalorinya sudah wow... Pizza walaupun tidak digoreng, tetapi memiliki kandungan tepung yang tinggi. Disini kita lihat, kembali kopi sachet “saja” ternyata menyumbangkan kalori yang lumayan. Bahkan kalori gabungan dari kopi sachet dan minuman soda melebihi kalori pizza.

Berikut total kalori makanan Diva hari ini :

Diva kaget bukan kepalang mengetahui jumlah kalori yang dia makan sehari-hari. Padahal aku telah membatasi tidak makan jeroan atau daging berlemak karena katanya tinggi kolesterol. Aku sudah tidak  makan nasi saat malam, tidak memakan daging besar utuh untuk disantap, hanya makan satu porsi snack saja, tapi kok masih saja besar sekali kalorinya, pantas saja aku tidak kurus-kurus. Mari kita bantu memecahkan masalah Diva...

1.     Total kalori yang dikonsumsi Diva tentu jauh berlebih dari apa yang dia butuhkan. Diva dengan usia 38 tahun dan BB 65 kg, hanya membutuhkan 1950 kkal/hari. Bila dilihat lebih detail, persentase total kalori yang dihasilkan dari lemak   pada makanan Diva sangatlah besar, yaitu 40% (Sebaiknya porsi lemak hanya 25-30%). Akibatnya kalori yang disumbangkan dari protein hanya sedikit, yaitu 9%, jauh dari ideal 15-20%. Kolestrol pun dalam sehari idealnya 200mg saja, tapi pada menu Diva, kadarnya sangat tinggi (390mg) yang hampir 60%nya disumbangkan oleh kuning telur. Kadar serat Diva juga masih sangat kurang, yaitu 17,3mg (normal nya 15 gr/1000 kkal asupan makanan (27g untuk Diva). Jumlah natrium ternyata masih dalam batas normal (dibawah 2 gr/hari), tetapi harus diingat banyak sekali yang disumbangkan makanan/minuman kemasan. Bila nanti asupan kalori diganti oleh buah dan sayuran, sumber natrium dan kalium dapat tergantikan sumbernya.

2.     Makan dan snack pagi
Jelas sekali mie dalam kemasan mengandung kalori yang sangat besar, terutama disumbangkan dari komponen mie dan minyaknya. Harusnya Diva bila sudah menyantap makanan bergoreng, tidak   menambahkan kerupuk, dan begitu pula tidak menambahkan gula pada es tehnya. Seandainya telur goreng diganti menjadi telur rebus, Diva akan memangkas 45 kalori. Oya, kuning telur itu mengandung kolesterol yang sangat tinggi. Sebaiknya kuning telur hanya dimakan satu sampai dua kali saja selama seminggu lho.. Keputusan Diva tidak menambahkan baso atau kornet sudah tepat, tidak terbayang berapa tambahan kalori bila kedua daging itu dimakan. Sebaiknya ditambahkan sayuran sosin yang banyak, yang lumayan menambah jumlah serat.
Diva sudah benar tetap makan pagi   karena memang penting untuk aktivitas keseharian di rumah sakit, tetapi sebaiknya menu diganti dengan yang lebih baik. Karbohidrat sebaiknya pilih yang kompleks seperti roti whole grain atau oat atau sereal, dan hindari KH sederhana (gula pasir).
Snack pagi memang sulit dihindari, tetapi bila makan pagi sudah sedemikian banyak, tentu hal itu bisa “diharamkan”. Bila pagi hanya memakan sereal, pilihlah buah-buahan sebagai makanan selingan, karena ternyata jumlah serat minimal sangat sulit kita capai.

3.     Menu makan siang
Saat makan siang, kita sebaiknya memilih nasi merah/nasi putih kasar karena mengandung serat lebih banyak daripada nasi putih yang pulen. Pemilihan soto ternyata cukup baik, karena tidak mengandung daging “guluntungan” (utuh) yang berkalori tinggi. Seandainya Diva memakan soto kuah bening tanpa santan, Diva bisa memangkas 50 kkal. Jus melon sudah cukup baik, tetapi bisa lebih baik apabila memakan buahnya secara langsung karena jumlah buah yang dijuskan lebih sedikit, dan jangan ditambahkan gula lagi. Dapat hemat hingga 120 kalori lho..
Mengingat konsumsi sayuran pada Diva hampir nol, maka sebaiknya makan siang diganti dengan sejenis gado-gado, pecel, lotek atau karedok. Konsumsi sayur per hari adalah minimal satu mangkok setiap kali makan utama. Harus ada prinsip : “Setiap makan di menu utama, HARUS disertai sayuran, apapun itu bentuknya”.
Paling baik tentu sumber protein dan sekaligus lemak didapatkan dari “Ikan laut dalam” seperti salmon/tuna, karena lemaknya mengandung omega-3 tinggi yang   perlu untuk menyeimbangkan omega-6 yang banyak kita dapatkan dari sumber-sumber lemak lain sehari-hari. Lemak jenuh sebaiknya dikonsumsi < 7% dari total kalori sehari. Lemak jenuh didapatkan dari  lemak binatang. Lemak trans dihasilkan dari proses penggorengan dengan suhu tinggi > 1500C, yang ditandai dengan keluarnya asap dari minyak. Dalam hal ini, makanan yang dibakar/dipanggang/direbus menjadi lebih baik. Sumber lemak lainnya yang baik salah satunya dihasilkan dari alpukat (lemak tidak jenuh). Minyak kelapa, minyak kanola, minyak bunga  matahari, minyak zaitun, berkualitas lebih baik, tetapi sayang efek baiknya akan hilang apabila dipanaskan terlalu lama. 

4.     Snack sore : Gorengan ?
Melihat kandungan minyak dalam gorengan yang tinggi, dan tentunya termasuk jenis lemak jenuh, maka sebaiknya Diva say “No” forever.. pada jenis makanan ini. Tidak ada yang lebih baik dengan menambahkan komponen sayuran dan buah kedalam cemilan (Ingat idealnya memang 8-10 porsi buah/sayuran setiap hari). Jus sayuran atau kembali buah-buahan menjadi alternatif yang baik untuk snack sore hari.

5.     Makan dan snack malam
  • Untuk menekan jumlah kalori, Diva harus memangkas hingga 35% kalori yang didapatkan dari menunya sehari-hari. Langkah paling efisien adalah dengan tidak makan malam “berat”, dan dapat menggantinya dengan mengkonsumsi yoghurt. Yoghurt mengandung segala kebaikan dari susu, serta meminimalkan efek-efek kurang menguntungkan dari susu. Dengan segelas Yoghurt dan buah-buahan, Diva masih akan tetap berenegi untuk menjalankan segala aktivitas sepanjang malam hari.
  • Telitilah dahulu “Nutrition fact” yang ada dalam setiap kemasan, mudah-mudahan anda segera tersadar betapa tingginya kadar Natrium dan kalori yang anda dapat “hanya” dengan memakan snack saja. Dengan mengganti keripik kentang menjadi buah-buahan anda dapat memangkas hingga 230 kalori.
  • Pemilihan jeruk oleh Diva sudah cukup baik. Perlu diingat buah-buah lain yang tinggi serat namun rendah gula dan tepung adalah pepaya mengkal, melon, semangka. Semakin kecil ukuran buah (rambutan, lengkeng, anggur), semakin tinggi kalori dan semakin rendah seratnya.
  • Dibawakan sesuatu makanan oleh suami memang romantis, tetapi mungkin tidak seru kalau kita sudah mengetahui kandungan “jahat” pada pizza/makanan cepat saji lainnya. Bila suami masih ingin romantis dan membuktikan cintanya pada Diva, sebaiknya minta dia membawakan salad buah atau chicken caesar salad atau    aneka salad lainnya.
  • Kalaupun Diva tetap memilih minuman bersoda, apabila mengkonsumsi “Diet soda” ataupun tipe “Less sugar” itu cukup bermakna mengurangi jumlah kalori sehari-hari. Kemasan diet soda zero berarti tidak ada kalori sama sekali di kemasan tersebut.
  • Hmm, bila dilihat, kalori minuman soda dan kopi sacchet ternyata melebihi sepotong pizza, berarti seandainya “terpaksa” memakan pizza, dibarengi dengan air putih saja ya.

6.     Tips lainnya
Sebenarnya seberapa besar kalori yang masuk ke tubuh Diva mungkin tidak masalah asalkan Diva rajin berolahraga. Namun karena menghilangkan kalori dengan olahraga membutuhkan waktu tidak sebentar, sehingga jalan terpintas  untuk Diva adalah mengurangi kuantitas makanan dan memperbaiki kualitasnya. Olahraga rutin dan reguler harus disempatkan dengan frekuensi 3-5x/minggu selama 30 menit. Bila di tempat Diva bekerja ada gedung tinggi, bisa dimulai dengan me- naiki gedung tanpa menggunakan Lift. Dapat lebih cepat sampai di tujuan pula kan..
Hmm.., mendengar beberapa tips-tips tersebut rasanya saja sudah menjadi lebih sehat. Karena tampak tidak sulit dan tetap “menyenangkan”, Diva tetap percaya dia bisa melakukannya, tentunya demi kesehatan dirinya sendiri, dan demi kebahagiaan keluarganya...Tak sabar rasanya Diva pulang dan memulai hidup baru.....Mottonya : “Live is Good”....
Badai - Bandung


Referensi :

  1. Mahmud MK, Zulfianto NA, editor. Tabel Komposisi Pangan Indonesia.  Edisi ke-3. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2010.
  2. Waspadji S, Semiardji G, editor. Cara mudah mengatur makanan sehari-hari. Seimbang dan sesuai kebutuhan gizi. Edisi ke-2. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2011.
  3. Nutri Survey for Windows. 2007.
  4. Lichtenstein AH, Appel LJ, Brands M, Carnethon M, Daniels S, Franch HA, et al. Improving diet and lifestyle is a critical component of the American Heart Association’s strategy for cardiovascular disease risk reduction in the general population. Circulation. 2006; 114: 82-96.
  5. Willet WC, Sacks F, Trichoupoulou A, Drescher G, Ferro-Luzzi A, Helsing E, et al. Mediteranean Diet Pyramid: a cultural model for healthy eating. Am J Clin Nutr. 1995; 61; (suppl): 1402S-6S.

Trombolisis yang Terganggu: Faktor Risiko Terbaru Kardiovaskuler pada Gagal Ginjal Stadium Akhir

Risiko kematian oleh karena kardiak pada pasien dialisis yang berusia kurang dari 45 tahun adalah 100 kali lipat lebih tinggi dan risiko kematian kardiovaskuler non fatal sebesar 10-30 kali lipat lebih tinggi pada pasien gagal ginjal stadium akhir (ESRD) dibandingkan populasi umum.
Adanya bukti penyakit arteri coroner yang signifikan melalui angiografi berkisar dari 25% pada usia muda non diabetic yang dilakukan hemodialysis sampai 85% pada usia tua dengan diabetes dan ESRD.
Banyak faktor risiko lebih sering terjadi pada ESRD dan mungkin beberapa dapat dijelaskan, tetapi tidak semuanya dapat, hal ini dapat dilihat dari peran timbulnya faktor risiko non tradisional pada ESRD.
Identifikasi penanda darah dari inflamasi, hiperreaktivitas platelet dan hiperkoaguabilitas telah banyak mendapat perhatian untuk dapat mengidentifikasi pasien pasien yang lebih mudah terkena risiko.
Trombosis dan trombolisis merupakan proses dinamis yang terjadi secara simultan. Ekuilibrium trombotik-trombolitik mungkin menentukan manifestasi klinis dari kejadian trombotik akut.
Kecenderungan perdarahan yang dihubungkan dengan penyakit ginjal kronis (CKD) mempunyai peranan dalam defisiensi primer hemostasis. Secara paradox, ESRD dikatakan juga sebagai keadaan hiperkoaguabilitas yang dihubungkan dengan trombosis.
Peningkatan agregasi platelet dan penanda trombotik diantaranya kompleks thrombin-antitrombin III, D-dimer dan faktor nekrosis tumor terdapat pada pasien yang dilakukan dialisis, walaupun dialisis mungkin dapat memperbaiki profil trombotik.
Pasien CKD juga memperlihatkan penanda fibrinolysis yang terganggu seperti peningkatan fibrinogen, plasminogen activator inhibitor-1 dan penurunan tissue plasminogen activator.
Walaupun beberapa studi menunjukkan hubungan yang signifikan antara kejadian non responsif terhadap medikasi antiplatelet dan beberapa kejadian trombotik, terdapat perbedaan di antara kekuatan prediktif dari berbagai tes fungsi platelet.
Hal tersebut dalam penggunaan klinis mengukur respon platelet terhadap spesifik agonis, walau adanya keterlibatan  beberapa faktor fisiologis penting lainnya seperti stres shear yang tinggi dan produk trombin.
Stimulus pertama dan predominan untuk aktivasi platelet pada arteri stenosis berat adalah stres patologis shear yang tinggi ( > 10 000/detik) yang menghasilkan ikatan yang cepat dan kuat di antara platelet tanpa adanya aktivasi sebelumnya.
Shear yang terjadi akibat aktivasi platelet akan melepaskan agonis terlarut (tromboksan, ADP) dari platelet sirkulasi dan produk trombin. Protein matriks ekstraseluler memediasi perlekatan platelet dan utamanya agregasi platelet pada dinding pembuluh darah.
Keterbatasan utama dari semua tes  fungsi platelet adalah penggunaan darah dengan antikoagulan (sitrat, heparin, hirudin atau antikoagulan lain), dimana mencegah penilaian produksi trombin dari platelet yang teraktivasi, juga merupakan determinan terpenting dan utama dari oklusi formasi thrombus yang kaya platelet.
Sampai saat ini belum ada tes yang digunakan untuk menghitung aktivitas trombolitik endogen (lisis dari thrombus arteri yang kaya platelet) yang dapat membedakan dengan trombolitik trombus vena (kaya akan sel darah merah).
Karena pengukuran individu komponen jalur fibrinolitik gagal memberikan penilaian yang realistik dari semua status trombolitik, maka nilainya dipertanyakan.
Tes thrombosis global (GTT) merupakan tes klinis pertama yang tersedia, komprehensif, dapat dilakukan pada pasien secara langsung dan simultan untuk menilai waktu oklusi trombotik (OT), koagulasi dan aktivitas spontan trombolitik endogen. Tes tersebut juga tidak menggunakan antikoagulan pada darah yang diperiksa sehingga dapat mengatasi masalah konvensional yang ada.
Studi memperlihatkan pasien dengan sindroma coroner akut (ACS) terdapat trombolisis endogen yang terganggu yang merupakan penanda prediktif tertinggi dari suatu kejadian kardiovaskuler. Status trombolitik endogen pasienyang stabil belum dapat dikarakteristikan dan mungkin tidak terlalu penting dibandingkan dengan pasien yang memiliki risiko tinggi.
Oleh karena itu dilakukanlah studi oleh Sharma et al. untuk melakukan karakteristik status trombotik pada pasien ESRD dan menilai apakah tes baru tersebut dapat  mengatasi seluruh status trombotik.
Status trombotik dan trombolitik pasien ESRD (n = 216) dengan hemodialysis dinilai dengan GTT. Alat baru ini mengukur waktu yang dibutuhkan untuk membentuk (OT) dan melisis (lysis time, LT) suatu oklusi thrombus platelet.
Pasien dilakukan follow-up selama 276 ± 166 hari untuk kejadian mayor kardiovaskuler (MACE, kematian oleh sebab kardiovaskuler, infark miokard non fatal atau stroke). Thrombosis fistula arteri perifer atau arteriovena digunakan sebagai hasil keluaran sekunder.
OT didapatkan mengalami penurunan (491 ± 177 vs 378 ± 96 detik; p < 0.001) dan trombolisis endogen didapatkan terganggu (LT median 1820 vs 1053 detik; p < 0.001) pasien ESRD dibandingkan pasien normal.
LT >= 3000 detik terjadi pada 42% pasien ESRD dan tidak terdapat peningkatan pada control. Trombolisis endogen terganggu (LT >= 3000 detik) secara kuat dihubungkan dengan MACE (HR 4.25; 95% CI 1.58-11.46; p = 0.004), infark miokard non fatal dan stroke (HR 14.28; 95% CI 1.86-109.90; p = 0.01) dan thrombosis perifer (HR 9.08; 95% CI 2.08-39.75; p = 0.003). Tidak didapatkan hubungan antara OT dengan MACE.
Dapat dikatakan bahwa trombolisis yang terganggu merupakan faktor risiko terbaru pada pasien ESRD yang mungkin mempunyai implikasi klinis yang penting untuk skrining dan stratifikasi risiko. (European Heart Journal 2013; 34: 354-63)

SL Purwo

Perubahan Volum Atrium Kiri pada Pasien DM Tipe 2: Lebih dari Sekedar Disfungsi Diastolik?

GAGAL jantung diastolic dengan fungsi sistolik yang baik merupakan suatu entitas yang telah dikenal luas. Hadirnya DM Tipe 2 (DMT2) secara umum dihubungkan dengan hubungan yang signifikan terhadap perkembangan disfungsi diastolic (DD).
Prevalens ventrikel kiri dengan DD pada pasien DMT2 secara signifikan lebih besar jika dibandingkan di populasi umum dan dilaporkan sekitar 43-75%.
Efek pompa booster dari kotraksi atrium kiri (LA) pada diastolic akhir berkontribusi pada 30% isi sekuncup dan penting pada pasien disfungsi LV atau gagal jantung.
Pembesaran LA dan disfungsinya telah menjadi penanda penting dari tingkat keparahan dan kronisitas suatu DD. Evaluasi fungsi LA pada pasien DMT2 penting  dilakukan mengingat akan merefleksikan penyebab dasar DD serta di saat yang sama dapat memperkirakan fungsi kontraksi atrium untuk memberikan suatu cardiac output.
Perubahan fungsi dan struktur atrium kiri sebelumnya terlihat pada pasien DMT2 walaupun jumlah yang dilaporkan sedikit. Hipertensi menjadi factor risiko ikutan yang paling sering dijumpai dan juga dihubungkan dengan perubahan ukuran dan fungsi LA.
Telah menjadi standar penggunaan  Doppler jaringan–strain imaging untuk menilai fungsi LA pada berbagai macam kondisi dengan disfungsi LA.Walaupun penggunaan pengukuran Doppler jaringan–strain menggunakan banyak waktu dan  sangat tergantung pengambilan sudutnya.
LA strain juga dapat dilakukan dari 2D speckle tracking–derived strain yang mana proses tersebut berjalan semi otomatis dan tidak tergantung sudut.
Untuk mengevaluasi ukuran LA pasien DMT2 dan efek independen DMT2 pada  ukuran LA dibandingkan dengan control dan hipertensi serta mengevaluasi fungsi LA menggunakan 2D speckle tracking–derived strain dan perubahan volum LA dengan berbagai tingkatan DD pada pasien DMT2 dilakukanlah studi oleh Kadappu et al.
73 pasien DMT2 dibandingkan dengan kontrol normal yang sebelumnya telah dipadukan sesuai umur dan jenis kelamin; 30 pasien DMT2 saja dibandingkan dengan hipertensi (HT) saja. Volum LA maksimum, pengukuran tradisional dari fungsi atrium, 2D strain dan tingkat strain dianalisis.
Indeks volum LA (LAVI) lebih besar  pada kelompok DMT2 dibandingkan kontrol normal (38.2 ± 9.9 vs 20.5 4.8 ml/m2; p < 0.0001), begitu juga dengan kelompok DMT2 saja dibandingkan dengan pasien HT (33.9 ± 10 vs 25.7 ± 8 ml/m2; p < 0.0001).
Strain global secara signifikan mengalami penurunan pada kelompok DMT2 dibandingkan kontrol normal (22.5 ± 8.67 vs 30.6 ± 8.27%; p < 0.0001) tetapi hasilnya sama dengan HT.
Terdapat korelasi yang lemah antara LAVI dan strain global dengan peningkatan tingkat DD (r = 0.439; p < 0.0001 dan r = -0.316; p < 0.0001) pada kelompok DMT2.
Analisis regresi logistik untuk predictor LAVI menunjukkan hanya diabetes yang menentukan LAVI. Pasien dengan diabetes memperlihatkan penurunan yang signifikan terhadap strain global dibandingkan kontrol normal, tetapi tidak ada perbedaan dari peningkatan tingkat fungsi diastolik.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa diabetes menyebabkan pelebaran LA, dimana hal tersebut merupakan efek  independen akibat adanya pengikut lain seperti HT dan DD. Pelebaran LA dihubungkan dengan disfungsi LA juga mungkin diakibatkan akibat kombinasi DD dan miopati atrium konsekuensi dari DMT2. (Cardiovascular Imaging 2012; 13: 1016-23)

SL Purwo

Kardiologi Kuantum (15): Jalur Lain Stimulasi Vagal?

“Small amounts of stress can help to push you forward and motivate your to try your hardest. It’s when stress gets out of control and becomes chronic that it will have the opposite effect, making it harder for you to concentrate and potentially leading to anxiety and insomnia.” *)

MEDITASI ternyata menggunakan jalur yang sama dengan latihan fisik guna melambatkan denyut jantung dan menurunkan tekanan darah. Oleh karena itu, sangat kontras bedanya antara inaktifitas fisik pada meditasi dengan meningkatkan aktifitas fisik pada olahraga. Walaupun jalur stimulasi vagalnya lain akhirnya juga menghasilkan penurunan frekwensi denyut jantung dan menurunkan tensi darah. Lebih lanjut, asetilkolin sebagai  pembawa vagal, sangat penting untuk membentuk memori di dalam otak. Sangat spekulatif apabila dikatakan bahwa meditasi dapat meningkatkan memori. Sedikitnya itu adalah pendapat dari penulis Living longer, living better (2012): Lionel H. Opie pada bab terakhirnya (8: The Heart-Mind Connection).

Meditasi, diterjemahkan kedalam bahasa Latin menjadi sederhana yang berarti “kontemplasi”, nuansa yang yang lebih kompleks adalah disiplin, pencarian jati diri, dan mengritik diri sendiri. Pada pemaknaan religius dan arti pribadi, termasuk doa, permohonan ampun, dan melalui meditasi mencapai pemahaman titik-titik kekuatan dan kelemahan pribadi. Dengan meditasi, diharapkan konflik di dalam diri terselesaikan.

Aplikasi Medis mempertanyakan “Apakah stres yang teratasi juga menurunkan tekanan darah?” Sudah jelas bahwa status meditasi yang tercapai dalam yoga, atau meditasi transendental, atau doa yang kontemplatif dapat mengurangi stres psikologis, yang dilanjutkan dengan penurunan tekanan darah dalam jangka pendek. Apakah hal ini juga akan berlanjut pada penurunan tekanan darah sehingga bermanfaat sebagai terapi anti hipertensi? Ada beberapa hasil studi yang bertentangan tetapi sedikit diantaranya didisain secara baik, sayangnya justru menghasilkan penurunan tekanan darah yang tidak signifikan.

Nolan RP dan kawan-kawan dalam  Hypertension 2010; 55: 1033, melaporkan manajemen stres yang tercapai dari pengulangan kata-kata yang difokuskan pada badan, rasa tenang dan menghangatkan otot-otot besar. Prosedur ini mengurangi kenaikan tekanan darah pada saat stres  mental. Pada saat itu denyut jantung juga berkurang dibandingkan dengan kontrol. Pengukuran dengan elektrokardiogram menunjukkan kenaikan tonus vagal dan sedikit menahan kenaikan tekanan darah sebagai respon terhadap stres pada pengukuran lebih dari 24 jam.
Perubahan kepribadian atau perubahan gaya hidup, mempersoalkan seseorang itu memiliki tipe kepribadian A yang penuh ketegangan dan sangat fokus, berbeda dengan mereka yang memiliki tipe kepribadian B dengan kedalaman hati yang tenang, bahagia, dan memiliki perangai yang seimbang; yang secara hipotetis dianggap sebagai role-model di dalam masyarakat—sekalipun dibandingkan dengan mereka yang memiliki tipe kepribadian C, D, bahkan E. Mengapa kita harus susah payah untuk mengubah tipe kepribadian, sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan dan mengapa kita tidak memperhatikan faktor eksternal yang lebih mungkin untuk diubah seperti gaya hidup yang mengacu pada faktor risiko kardiovakuler saja.
Bagaimana tentang “passion”? sedikitnya ada beberapa model, berangkat dari bahasa Perancis kuno yang berarti “penderitaan”, berarti suatu emosi atau aktifitas intelektual yang mendominasi kehidupan melalui intensitas kerja sebagai konsekuensinya; ketekunan seorang artis untuk melaksanakan kerja kreatifnya. Orang-orang dengan semangat jenis ini siap untuk berkomunikasi dengan bagian yang terdalam dari dirinya sendiri. Semangat yang menghidupkan seperti apa yang dinamakan pada meditasi aktif, perhatikan bedanya dengan mengosongkan fikiran dan menunggu apa yang kemudian akan terisi.
Bermain adalah bentuk lain dari meditasi aktif. Kata ini berasal dari bahasa Inggris lama, yang berarti latihan (olahraga). Mendengarkan pendapat dari George Vaillant, Profesor Psikiatri dari Harvard Medical School, menjadi menarik ketika ia mengamati makna kebahagiaan para pensiunan. Tampak jelas uniknya pada banyak profesional yang telah mengekspresikan kedalaman makna yang dimilikinya ke dunia luar. Selain asas manfaat dan perkawinan yang baik, yang terpenting dari studinya adalah “bagaimana bermain kembali”, dengan kata lain melatih fikiran dan membukanya untuk mendapatkan makna yang baru. Ia mendefinisikan bermain sebagai suatu bentuk perilaku dengan kepuasan tingkat tinggi tanpa merusak yang lain, juga tanpa keinginan untuk mendapatkan upah yang memadai. Yang menarik, seringkali hal itu merupakan respon dari kedalaman hati yang baru yang tidak memerlukan persetujuan atau semangat dari masyarakat. Tampaknya yang dimaksudkan di sini adalah “bermain” dalam memperbarui pikiran dan secara aktif mengeksplorasi emosi dari dunia luar, masyarakatnya.
Kesimpulan, hubungan antara jantung-fisik-mental masih terasa kompleks. Seluruh aspek kebahagiaan dan seluruh kesehatan yang baik saling berdekatan, tetapi kita tahu bahwa kesehatan fisik yang baik dapat dicapai dengan menggunakan kunci perubahan gaya hidup dan pengobatan farmakologis, tanpa perlunya mengubah kedalaman tipe kepribadian. Sebagai tambahan, meningkatkan meditasi dapat membantu mengatasi stres untuk  memelihara keseimbangan fisik-mental, terutama jika dikombinasikan sebagai  modifikasi gaya hidup. Sebagai akhir dari perhatian kita agar merujuk pada 5-proteksi gaya hidup yang ideal adalah: tidak merokok, berat badan ideal, diet seimbang, berolahraga setiap hari, dan satu hal yang dianggap penting oleh Opie adalah konsumsi alkohol yang moderat. Hal terakhir tersebut tentu saja tidak berlaku bagi mereka yang memandang bahwa minum-minuman yang beralkohol adalah dilarang berdasarkan keyakinan religi/pribadinya.

Budhi S. Purwowiyoto
__________
*) http://www.huffingtonpost.com/2013/02/15/type-a-personalities-5-re_n_2672686.html cited Feb. 18, 2013

Kamis, 21 Februari 2013

Asian populations with atrial fibrillation (AF) benefit from better stroke prevention with Pradaxa® (dabigatran etexilate) compared to warfarin

SPONSORED ARTICLE

Professor Gregory Lip, Professor of cardiovascular medicine at University of Birmingham Centre for Cardiovascular Sciences, UK 

Ingelheim, Germany, 12 September, 2012 – New findings presented today at the 2nd Asia Pacific Stroke Conference in Tokyo, Japan, have confirmed that in Asian populations, Pradaxa® (dabigatran etexilate) offers considerable benefits for the management of patients with atrial fibrillation (AF) from this region.1 The new sub-analysis of the RE-LY®* trial 2,3 demonstrates consistently superior efficacy of Pradaxa® (150 mg) compared to warfarin for this particular patient group. Pradaxa® (150 mg) also shows larger risk reductions in the rate of haemorrhagic stroke and systemic embolism (SE) iin addition to providing greater reductions in major and total bleeding.1
There is a vast and increasing number of Asian people living with atrial fibrillation, with over 8 million people being treated for the condition in China alone.4 In the Asia-Pacific region, it is reported that over 5.1 million people suffer a first-ever AF-related stroke each year, with this number expected to rise dramatically as the population ages.5
Regional and ethnical differences are known to account for variances in treatment responses and can ultimately affect patient outcomes.6 The sub-group analysis involved 2,782 patients with AF from ten Asian countries, which represented approximately 15% of the 18,113 patients involved within the RE-LY® trial.2,3 Key findings from the sub-group analysis included:
  • Benefits were consistent across both Asian and non-Asian groups with Pradaxa® 150mg bid showing larger risk reductions in stroke and SE compared to warfarin (rates of stroke/SE in Asia were 1.39% per year on Pradaxa® 150 mg bid, 2.50% per year on Pradaxa® 110 mg bid and as high as 3.06% per year on warfarin).
  • In Asian patients, both doses of Pradaxa® (150 mg and 110 mg bid) were associated with significantly lower rates of major bleeding events compared to warfarin (2.17% per year on Pradaxa® 150 mg bid, 2.22% per year on Pradaxa® 110 mg bid, and 3.82% per year on warfarin). A significant interaction (P=0.008) was seen between treatment and region when comparing Pradaxa® 150 mg bid vs. warfarin in Asian patients (HR 0.57, 95%CI 0.38-0.84) with that in non-Asian patients (HR 1.00, 95%CI 0.87-1.16)
  • Similarly, both doses of Pradaxa® were associated with significantly lower rates of total bleeding vs. warfarin. This benefit was even greater in Asian patients:
    • For Pradaxa® 110 mg bid vs. warfarin HR=0.48, 95%CI 0.40-0.56 for Asians and HR= 0.85, 95%CI 0.79-0.91 for non-Asians
    • For Pradaxa® 150 mg bid vs. warfarin HR= 0.60, 95%CI 0.51-0.70 for Asians and HR= 0.98, 95%CI 0.91-1.04 for non-Asians; (P < 0.0001 before and after age adjustment)
“The findings of this study reaffirm the efficacy and safety of dabigatran etexilate for the treatment of people living with atrial fibrillation around the world,” commented Professor Gregory Lip, Professor of cardiovascular medicine at University of Birmingham Centre for Cardiovascular Sciences, UK, on the findings. “This analysis provides doctors who are practicing in this region with further guidance and support for the use of this oral anticoagulant and the benefits that it can deliver to patients.”
The sub-analysis also highlighted that there are known variances between populations especially when considering the time a patient is within the therapeutic range or the rates of intracranial haemorrhages. Asian patients with AF spent less time within the therapeutic range than non-Asian patients (mean 55% versus 66%) . This puts Asian patients at increased risk of stroke and systemic embolism. The rate of haemorrhagic stroke on warfarin treated patients was subsequently more than two-fold higher in Asian than in non-Asian patients (HR 2.4, 95% CI 1.3-4.7; p<0 .05="" font="" size="1">1. These findings may also be important for countries with a high Asian sub-population like United States of America or the United Kingdom. The benefits of Pradaxa® now seen for the Asian population are consistent with the overall conclusions from the RE-LY® trial. Pradaxa® 150 mg bid is the only novel oral anticoagulant, study of which has shown a significant reduction of ischaemic strokes in patients with non-valvular AF compared to warfarin, offering a relative risk reduction of 25%.2,3 In RE-LY®, a PROBE trial (prospective, randomized, open-label with blinded endpoint evaluation) Pradaxa® 150 mg bid provided a 35% reduction in the overall risk of stroke and systemic embolism versus well-controlled warfarin (INR 2-3, median TTR 67%7).2,3** Pradaxa® 110 mg bid, which is indicated for certain patients, was shown to be non-inferior compared to well-controlled warfarin for the prevention of stroke and systemic embolism.2,3


NOTES TO THE EDITORS
Stroke Prevention in Atrial FibrillationAF is the most common sustained heart rhythm condition,8 with one in four adults over the age of 409 developing the condition in their lifetime. People with AF are more likely to experience blood clots, which increases the risk of stroke by five-fold.9,10 Up to three million people worldwide suffer strokes related to AF each year.11-14 Strokes due to AF tend to be severe, with an increased likelihood of death (20%), and disability (60%).15
Ischaemic strokes are the most common type of AF-related stroke, accounting for 92% of strokes experienced by AF patients and frequently leading to severe debilitation.16-20 Appropriate anticoagulation therapy can help to prevent many types of AF-related strokes and improve overall patient outcomes.21
Worldwide, AF is an extremely costly public health problem, with treatment costs equating to $6.65 billion in the US and over €6.2 billion across Europe each year.22,23 Given AF-related strokes tend to be more severe, this results in higher direct medical patient costs annually.24 The total societal burden of AF-related stroke reaches €13.5 billion per year in the European Union alone.10



References
1 Hori M, et al. Efficacy and safety of dabigatran versus warfarin in patients with atrial fibrillation: Analysis in Asian population in RE-LY trial. Presented at the 2nd Asia Pacific Stroke Conference, Japan, 11th September 2012.
2 Connolly SJ, et al. Dabigatran versus warfarin in patients with atrial fibrillation. N Engl J Med. 2009; 361:1139-51.
3 Connolly SJ, et al. Newly identified events in the RE-LY trial. N Engl J Med. 2010;363:1875-6.
4 Hu D, Sun Y. Epidemiology, risk factors for stroke, and management of atrial fibrillation in China. JACC 2008; 52:865–8
5 World Health Organization. The global burden of disease: 2004 update. 2008. Viewed September 2012 at http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/GBD_report_2004update_full.pdf.
6 Healey JS, et al. Global Variations in the 1-Year Rates of Death and Stroke in 15,340 Patients Presenting to the Emergency Department with Atrial Fibrillation in 47 Countries: The RE-LY AF Registry. Presented at the European Society of Cardiology Congress 2012, 29th August 2012.
7 Pradaxa European Summary of Product Characteristics, 2012
8 Stewart S, et al. Cost of an emerging epidemic: an economic analysis of atrial fibrillation in the UK. Heart. 2004;90:286-92.
9 Lloyd-Jones DM, et al. Lifetime risk for development of atrial fibrillation: the Framingham Heart Study. Circulation. 2004;110:1042-6.
10 Fuster V, et al. ACC/AHA/ESC 2006 Guidelines for the management of patients with atrial fibrillation – executive summary. Circulation. 2006;114:700-52.
11 Global Atlas on Cardiovascular Disease Prevention and Control, World Health Organization in collaboration with the World Heart Federation and the World Stroke Organization 2011. Viewed May 2012 at http://www.world-heart-federation.org/fileadmin/user_upload/documents/Publications/Global_CVD_Atlas.pdf.
12 Atlas of Heart Disease and Stroke, World Health Organization, September 2004. Viewed Dec 2010 at http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_15_burden_stroke.pdf.
13 Wolf PA, et al. Atrial fibrillation as an independent risk factor for stroke: the Framingham Study. Stroke. 1991;22:983-8.
14 Marini C, et al. Contribution of atrial fibrillation to incidence and outcome of ischaemic stroke: results from a population-based study. Stroke. 2005;36:1115-9.
15 Gladstone DJ, et al. Potentially Preventable Strokes in High-Risk Patients With Atrial Fibrillation Who Are Not Adequately Anticoagulated. Stroke. 2009;40:235-240.
16 Paolucci S, et al. Functional outcome of ischemic and hemorrhagic stroke patients after inpatient rehabilitation. Stroke. 2003;34:2861−5.
17 Petrea RE, et al. Gender differences in stroke incidence and poststroke disability in the Framingham Heart Study. Stroke. 2009;40:1032-7.
18 Meschia JF, et al. Genetic susceptibility to ischemic stroke. Nat Rev Neurol. 2011;7:369−78.
19 Andersen KK, et al. Hemorrhagic and ischemic strokes compared: stroke severity, mortality, and risk factors. Stroke. 2009; 40:2068−72.
20 Roger VL, et al. AHA Statistical Update. Heart Disease and Stroke Statistics—2011 Update. A Report From the American Heart Association. Circulation 2011; 123:e18−e209.
21 Hart RG, et al. Meta-analysis: Antithrombotic Therapy to Prevent Stroke in Patients Who Have Nonvalvular Atrial Fibrillation Ann Intern Med. 2007;146:857-67.
22 Coyne KS, et al. Assessing the direct costs of treating nonvalvular atrial fibrillation in the United States. Value Health 2006; 9:348-56.
23 Ringborg A, et al. Costs of atrial fibrillation in five European countries: results from the Euro Heart Survey on atrial fibrillation. Europace 2008; 10:403-11.
24 Brüggenjürgen B, et al. The impact of atrial fibrillation on the cost of stroke: the Berlin acute stroke study. Value Health 2007;10:137-43.
25 Di Nisio M, et al. Direct thrombin inhibitors. N Engl J Med 2005; 353:1028-40.

* RE-LY® was a PROBE trial (prospective, randomized, open-label with blinded endpoint evaluation), comparing two fixed doses of the oral direct thrombin inhibitor dabigatran etexilate (110mg and 150mg bid) each administered in a blinded manner, with open label warfarin.2,3

** In an intention-to-treat (ITT) analysis. The ITT analysis represents the highest standard for analysing superiority in non-inferiority trials.

Apakah Sinar Matahari Baik untuk Jantung Kita? (Bag.Dua, habis)

Oleh: Djanggan Sargowo

Epidermis sangat kaya protein sistein dan kelompok sulfhidril mereka siap untuk membentuk RSNOs nitrosasinya. Nitrit, nitrat dan RSNOS ditemukan pada dermis dan epidermis pada konsentrasi satu atau dua lipat lebih tinggi daripada dalam plasma. Pada orang dewasa, kulit dan darah berat dan volumenya sebanding, dan nitrit di epidermis saja berjumlah 135 mmiles. Dengan demikian, mobilisasi hanya sebagian kecil dari epidermis yang relatif besar nitrit misalnya dengan sinar matahari mungkin cukup untuk meningkatkan konsentrasi plasma transiently nitrit. Mekanisme yang tepat dari rilis dermal dan sifat ‘No Stores’ tidak diketahui (di samping spesies dibahas di atas mungkin termasuk logam nitrosyls seperti dinitrosyl complexes haem besi dan tidak ada spesies), tetapi peningkatan ketersediaan nitrit sistemik akan cepat translare menjadi konsentrasi lebih tinggi dari produk nitroso dalam darah dan jaringan, dan ini mungkin untuk berkontribusi untuk cytoprotection dan vasodilatation. Sebuah studi baru baru ini menunjukkan bahwa pada manusia yang memiliki UVA irradiation plasma nitrit dapat meningkatkan kadar oleh 40%. ini adalah hal yang menarik yang sedang mempertimbangkan bahwa dalam model hewan, kenaikan yang sama yang ada di dalam nitrit yang terkait dengan cardioprotection yang mengikuti I/R cedera. Asupan makanan  nitrat (terutama dari sayuran berdaun hijau) dapat memberikan alternatif sumber nitrit. Sirkulasi salivary entero nitrat memastikan bahwa bagian dari nitrat diet ini berkurang nitrit oleh bakteri anaerobik fakultatif di mulut. dengan demikian, nitrat makanan yang tinggi yang mengarah ke sebuah kenaikan berkelanjutan dalam sirkulasi nitrit, dan ini adalah nitrit meningkatkan  paralled oleh penurunan tekanan darah menunjukkan penurunan sistematis untuk tidak ada yang lebih jauh lagi. di samping itu kepada para commensial flora bakteri, jaringan hewan menyusui adalah endowed dengan kapasitas nitrate --> nitrite --> NO reduction. kulit terikat NO stores berada dalam kesetimbangan dengan nitrit beredar di unirradiated individu, dan makanan nitrit dapat sebab itu berasal ‘top up’ kulit reservoir. Selain itu, nitrat yang beredar mungkin photolysed oleh UVA mencapai dermal yang supeficial vasculature dan menimbulkan pembentukan dari NO, nitrit, dan nitroso spesies. Dengan demikian, berbagai macam proses di kulit dan di dalam sirkulasi darah yang mungkin berkontribusi pada cahaya yang disebabkan tekanan darah dan penurunan konsentrasi yang memainkan peran yang penting. Sinar matahari yang mencapai tingkat yang lebih rendah dari kulit yang selama musim dingin dapat menjelma menjadi spesies yang lebih rendah dan nitroso nitrit concertration dan peredaran darah di kulit dan hal itu dapat berkontribusi dalam cvd dengan variasi musiman. Sayangnya, sedikit yang diketahui tentang tidak ada spesies yang perbedaan pada musim kompetisi yang terkait dengan concertration, tidak ada data yang ada di atas spesies avaible nitroso variasi abaout nitrit dan informasi yang beredar/nitrat tingkat yang yang saling bertentangan, mungkin karena pengaruh gizi yang membingungkan.
Bahkan sebagian kecil dalam tingkat sistemik nitrit dapat memiliki efek mendalam pada jantung redoks dan memicu perubahan jangka panjang dan posting translasi modifikasi (termasuk oksidasi, nitrosation, nitrosylation, nitrasi fosforilasi) dari protein dalam jumlah besar. Magnitudo dan luasnya nitrit disebabkan perubahan cytosolic dan mitokondria proteome jantung agak mengejutkan dan termasuk enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme produksi energi redoks peraturan, fungsi kontraktil, dan signaling kinase serina/treonine serta efek pada kompleks I dari rantai pernafasan. Beberapa perubahan mengingatkan iskemik preconditioning dan konsisten dengan fenotipe cardioprotective, meskipun kompleksitas keseluruhan perubahan diamati menyarankan keterlibatan mekanisme tambahan. untuk tujuan ini, nitrit baru-baru ini telah ditunjukkan untuk mempengaruhi fungsi sel T dan sitokin rilis, meningkatkan kemungkinan bahwa itu dapat juga mempengaruhi proses inflamatory. Efek nitrit dan nitroso pada imflammation dan kekebalan fungsi sel akan signifikansi jelas untuk CVD, dan penignkatan sistemik nitrit mengikuti paparan seluruh tubuh UVR dapat memperhitungkan efek terkenal cahaya matahari pada sistem kekebalan tubuh. Situasi ini cenderung menjadi lebih kompleks, melatonin maupun vitamin D, dikenal untuk mempengaruhi pembentukan dan ketersediaan NO di beberapa tingkatan, memberikan banyak kesempatan untuk cross pembicaraan antara jalur metabolisme ini. Meskipun nitrit merupakan sumber dan  nitroso mungkin mediator efek sinar matahari pada tekanan darah, proses menghasilkan cardioprotection baik mungkin melibatkan tambahan jalur metabolisme dan proses signaling. Metabolit NO yang akhirnya account untuk efek biologis sekarang jelas dan penjelasan dari ini terlibat dalam lokal dan sistemik efek sinar matahari yang memerlukan lebih lanjut penyelidikan. Namun demikian, akan muncul bahwa meningkatkan ketersediaan metabolit tidak terkait dengan sinar matahari yang memiliki potensial untuk terjadi kardiovaskular protective efek tidak diberikan oleh mediator lain, biasanya diasosiasikan dengan paparan sinar matahari. Beberapa efek yang dijelaskan di sini tidak mungkin terbatas ke jantung tapi memberikan manfaat bagi sistem organ juga (gambar 3).

Gambar 3. Mekanisme molekuler dari sinar matahari yang berdampak positif pada kardiovaskuler 
(Martin. F. Eur Heart. J. 2010)

V.  Uji Hipotesis
Hipertensi dan penyakit jantung iskemik merupakan penyebab utama morbiditas dan kematian, khususnya di Eropa utara tapi paparan sinar matahari yang berlebihan membawa risiko yang signifikan. Jika benar terbukti, hipotesis ini akan memiliki implikasi besar bagi sarana kesehatan masyarakat. Kita berharap menemukan korelasi invers antara penanda exposure matahari, seperti keratosis actinic dan kanker kulit dan prevalensi hipertensi, penyakit jantung iskemik dan stroke. Hubungan tersebut dapat diselidiki oleh interogasi terhadap database populasi diagnostik. Membedakan pengaruh sinar  matahari terhadap mortalitas kardiovaskuler dan hipertensi akan memerlukan stratifikasi berhati-hati untuk variabel pengganggu diharapkan terkait dengan pola yang berbeda paparan sinar matahari, dan data tentang faktor-faktor (misalnya riwayat merokok, diet dan status sosial)  perlu tersedia. Di tingkat eksperimental, kita membutuhkan pemahaman yang lebih baik justru betapa berbedanya panjang gelombang dari matahari radition elektromagnetik berinteraksi dengan NO spesies terkait dan apa nasib selanjutnya dari produk reaksi. Dari catatan, juga dekat cahaya inframerah dan inframerah, yang menembus lapisan kulit untuk mencapai  jaringan yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan UV, dapat melepaskan NO dari spesies nitrisyl-hem. Jadi, cahaya dari berbagai panjang gelombang cahaya tampak bahkan mungkin dapat mempengaruhi status NO, disediakan secara keseluruhan tingkat energi yang berhubung dengan cahaya yang cukup untuk mobilisasi dermal NO. Kita juga perlu untuk mengukur hubungan dosis respon efek sinar matahari terhadap tekanan darah dan parameter kardiovaskular lainnya seperti distensibility vaskuler koroner dan sistemik sebuah tahanan perifer total. Informasi ini dan lainnya akan  sangat penting untuk mengidentifikasi berapa banyak NO terkait mediator diperlukan untuk memungkinkan sinar matahari memiliki efek yang diusulkan  kardiovaskular dan apakah kulit terikat atau hadir di pembuluh darah dermal dangkal. Tahap kehidupan dimana papara sinar UV terjadi mungkin signifikan. Episodic terbakar sinar matahari di childhoos adalah  faktor risiko tertentu untuk melanomaganas, yang paling serius dari  kanker kulit terkait UV. Efek yang paling ditandai dengan variasi musiman di tekanan darah terlihat dalam kohort usia yang lebih tua. Mortalitas kardiovaskular individu yang berkaitan dengan geografis, bukan asal masa kecil subyek migran. Sistem kardiovaskular dewasa dengan demikian dapat lebih rentan terhadap efek menguntungkan dari sinar matahari NO terkait rilis dari anak-anak.

VI.  Penutup
Mengingat  transisi demografi usia  untuk populasi dunia dengan risiko meningkatnya CVD, diferensiasi  ini mungkin signifikan. Jika dikonfirmasi, itu akan  memberikan pesan kesehatan pada masyarakat harus berhati-hati dengan paparan sinar matahari di masa kecil, meningkatkan axposure di kemudian hari, untuk membatasi efek karsinogenik dari sinar matahari pada kulit sejak awal, sementara memungkinkan manfaat penuh harus diperoleh dari efek kardiovaskular nanti. Sebagai kesimpulan, memanfaatkan kekuatan matahari bagi kesehatan kita tidak dapat berhenti pada produksi melatonin dan vitamin D, tetapi termasuk jalur nitrit / nitrat. Terlepas dari mekanisme yang tepat tindakan, suatu modulasi (misalnya dengan ukuran diet) dari NO terkait di kulit dan paparan sinar matahari pada tubuh tampaknya memberikan manfaat kardiovaskular. Masa depan cerah membiarkan sedikit sinar matahari ke dalam jantung anda.

VII.  Pustaka
  1. Rigel DS. Cutaneous ultraviolet exposure and its relationship to the development of skin cancer. J Am Acad Dermatol 2008;58(Suppl. 2):S129–S132.
  2. Moan J, Porojnicu AC, Dahlback A, Setlow RB. Addressing the health benefits and risks, involving vitamin D or skin cancer, of increased sun exposure. Proc Natl Acad Sci USA 2008;105:668–673.
  3. Brennan PJ, Greenberg G, Miall WE, Thompson SG. Seasonal variation in arterial blood pressure. Br Med J (Clin Res Ed) 1982;285:919–923.
  4. Rostand SG. Ultraviolet light may contribute to geographic and racial blood pressure differences. Hypertension 1997;30:150–156.
  5. Law MR, Morris JK. Why is mortality higher in poorer areas and in more northern areas of England and Wales? J Epidemiol Community Health 1998;52:344–352.
  6. Wannamethee SG, Shaper AG, Whincup PH, Walker M. Migration within Great Britain and cardiovascular disease: early life and adult environmental factors. Int J Epidemiol 2002;31:1054–1060.
  7. Kloner RA, Poole WK, Perritt RL. When throughout the year is coronary death most likely to occur? A 12-year population-based analysis of more than 220 000 cases. Circulation 1999;100:1630–1634.
  8. Douglas AS, al Sayer H, Rawles JM, Allan TM. Seasonality of disease in Kuwait. Lancet 1991;337:1393–1397.
  9. Oplander C, Volkmar CM, Paunel-Gorgulu A, van Faassen EE, Heiss C, Kelm M, Halmer D, Murtz M, Pallua N, Suschek CV. Whole body UVA irradiation lowers systemic blood pressure by release of nitric oxide from intracutaneous photolabile nitric oxide derivates. Circ Res 2009;105:1031–1040.
  10. Lewington S, Clarke R, Qizilbash N, Peto R, Collins R. Age-specific relevance of usual blood pressure to vascular mortality: a meta-analysis of individual data for one million adults in 61 prospective studies. Lancet 2002;360:1903–1913.
  11. Leal J, Luengo-Fernandez R, Gray A, Petersen S, Rayner M. Economic burden of cardiovascular diseases in the enlarged European Union. Eur Heart J 2006;27: 1610–1619.
  12. Devol R, Bedroussian A. An Unhealthy America: The Economic Burden of Chronic Disease—Charting a New Course to Save Lives and Increase Productivity and Economic Growth. Milken Institute; 2007.
  13. Palmer RM, Ferrige AG, Moncada S. Nitric oxide release accounts for the biological activity of endothelium-derived relaxing factor. Nature 1987;327:524–526.
  14. Rassaf T, Preik M, Kleinbongard P, Lauer T, Heiss C, Strauer BE, Feelisch M, Kelm M. Evidence for in vivo transport of bioactive nitric oxide in human plasma. J Clin Invest 2002;109:1241–1248.
  15. Lundberg JO, Weitzberg E, Gladwin MT. The nitrate-nitrite-nitric oxide pathway in physiology and therapeutics. Nat Rev Drug Discov 2008;7:156–167.
  16. Butler AR, Feelisch M. Therapeutic uses of inorganic nitrite and nitrate: from the past to the future. Circulation 2008;117:2151–2159.
  17. Matsunaga K, Furchgott RF. Interactions of light and sodium nitrite in producing relaxation of rabbit aorta. J Pharmacol Exp Ther 1989;248:687–695.
  18. Rodriguez J, Maloney RE, Rassaf T, Bryan NS, Feelisch M. Chemical nature of nitric oxide storage forms in rat vascular tissue. Proc Natl Acad Sci USA 2003;100: 336–341.
  19. Paunel AN, Dejam A, Thelen S, Kirsch M, Horstjann M, Gharini P, Murtz M, Kelm M, de Groot H, Kolb-Bachofen V, Suschek CV. Enzyme-independent nitric oxide formation during UVA challenge of human skin: characterization, molecular sources, and mechanisms. Free Radic Biol Med 2005;38:606–615.
  20. Bruch-Gerharz D, Ruzicka T, Kolb-Bachofen V. Nitric oxide in human skin: current status and future prospects. J Invest Dermatol 1998;110:1–7.