pita deadline

pita deadline

Kamis, 27 Desember 2012

Denervasi Simpatis Jantung Kiri untuk Terapi Pasien Gagal Jantung Sistolik Simptomatis

GAGAL jantung (HF) kronis merupakan kelainan yang sering dan mematikan. Sindroma ini dengan interaksi kontinu yang terjadi akibat mekanisme disfungsi miokard dan neurohumoral. Mekanisme adaptif yang terjadi adalah aktivasi sistem saraf simpatis (SNS), dimana memiliki efek yang tidak baik pada miokardium, menghasilkan perkembangan HF dalam lingkaran setan pada jangka waktu yang lama.
Penghambat beta (BB) telah menunjukkan dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas pada studi klinis randomisasi. Walaupun demikian, intoleransi BB dilaporkan terdapat pada 20-30% pasien. Walau pada pasien yang mendapat BB, beberapa pasien tetap terjadi penurunan EF ventrikel kiri (LVEF) dan dilatasi ventrikel kiri. Tidak turunnya nadi dengan terapi BB dihubungkan dengan prognosis buruk.
Di antara pasien hiperhidrosis, simpatektomi bilateral enimbulkan penurunan nadi dan peningkatan variabilitas nadi. Lebih spesifik, video torakoskopik denervasi simpatis jantung kiri (LCSD) merupakan teknik operasi denervasi jantung telah digunakan pada beberapa kelainan. LCSD secara sukses telah digunakan pada sindroma QT panjang, yang menghasilkan penurunan insiden sinkop, sustained ventricular arrhythmias dan kematian mendadak.
Telah dipikirkan suatu imbalans otonom mungkin menjadi target terapi pasien gagal jantung. Intervensi baik yang meningkatkan tonus vagal atau menurunkan tonus simpatis mungkin bermanfaat pada kasus-kasus ini. Untuk mengevaluasi feasibility, keamanan dan efek kegunaan yang potensial dari LSCD pada pasien HF sistolik dilakukanlah studi oleh Germano et al.
Pada studi prospektif, randomized pilot study, kriteria inklusi pada penelitian ini adalh NYHA kelas II atau III, LVEF < 40%, sinus ritme dan nadi istirahat > 65 kali per menit, dengan terapi medis optimal (MT). Lima belas pasien secara random dikelompokkan dalam kelompok MT saja atau kelompok MT ditambah dengan LCSD.
Hasil keluaran primer studi ini adalah keamanan, diukur berdasarkan mortalitas bulan pertama follow up dan morbiditas terhadapa kriteria tertentu. Keluaran sekunder adalah kapasitas latihan, kualitas hidup, LVEF, aktivitas saraf simpatis muskulus (MSNA), tingkat brain natriuretic peptide (BNP) dan 24 jam monitoring Holter rerata nadi sebelum dan setelah 6 bulan.
Sepuluh pasien menjalani LCSD. Tidak terdapat efek yang tidak diinginkan pada operasi. Kelompok LCSD, terjadi perbaikan LVEF dari 25 ± 6.6 menjadi 33 ± 5.2 (p = 0.03); nilai 6MWT mengalami perbaikan dari 167 ± 35 menjadi 198 ± 47 m (p = 0.02). Kuesioner Minnesota untuk pasien gagal jantung (MLWHFQ) berubah dari 21 ± 5 menjadi 15 ± 7 (p = 0.06). Selama follow up 848 ± 549 hari pada kelompok MT, tiga pasien meninggal atau menjalani transplantasi kardiak (CT), sementara kelompok LCSD enam pasien hidup tana CT. (European Journal of Heart Failure 2012; 14: 1366-73)

SL Purwo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar