pita deadline

pita deadline

Jumat, 10 Agustus 2012

CCTA Kurang Berguna pada Pasien dengan Nilai Kalsium yang Tinggi

Hasil dari studi CORE-64 menegaskan  bahwa kegunaan pencitraan angiografi CT koroner (CCTA) bervariasi luas tergantung populasi pasien yang diperiksa.
Hasilnya memperlihatkan probabilitas pretest untuk penyakit arteri koroner (CAD) dan nilai kalsium koroner keduanya merupakan prediktif dari prevalensi penyakit, penting untuk menilai keefektifan CCTA mengeklusikan atau mengkonfirmasikan adanya penyakit koroner obstruksi pada pasien-pasien.
Pernyataan umum, seperti tes ini mempunyai nilai prediktif negatif yang tinggi mungkin tidak sepenuhnya benar, karena pada setting klinis mungkin ini bukanlah kasus yang bisa disamakan, walaupun dengan sensitivitas dan spesifisitas melebihi 90%. Temuan ini mungkin akan menjadi rekomendasi yang disesuaikan dalam hal penggunaan CCTA untuk skenario yang lebih spesifik. Mungkin juga akan mendorong praktisi untuk melakukan pemeriksaan nilai kalsium sebelum dilakukannya CCTA.
Studi tersebut menunjukkan pemeriksaan CCTA sangatlah bermanfaat untuk me-rule out pasien dengan probabilitas pretest yang rendah-sedang dari suatu penyakit dan kalsifikasi koroner ringan atau dalam hal ini dengan nilai kalsium nol.
Menggunakan 371 pasien yang diperiksa CCTA dan kateterisasi jantung untuk mendeteksi penyakit koroner obstruksi (paling tidak 50% stenosis lumen yang diukur dengan angiografi koroner kuantitatif, QCA). Pasien-pasien tersebut menjalankan dua kali pemeriksaan CCTA, satu untuk penilaian kalsium koroner dan sisanya untuk angiografi sebelum tindakan angiogram koroner konvensional.
Kelompok tersebut termasuk 80 pasien dengan nilai kalsium lebih dari 600. Daerah di bawah kurva karakteristik receiver-operating digunakan untuk membandingkan keakuratan diagnosis CCTA dengan QCA pada pasien yang dinilai dari nilai kalsium dan probabilitas pretest penyakit koroner.
Analisis pasien berbasis akurasi CCTA kuantitatif mengungkapkan AUC 0,93 (akurasi sangat baik), dimana tetap sama bahkan setelah pasien dengan penyakit koroner yang diketahui dikeluarkan. Tapi AUC menurun menjadi 0,81 pada pasien dengan nilai kalsium sebesar 600 atau lebih tinggi (p = 0,077). Meskipun AUC ada di sekitar 0,93 pada pasien dengan probabilitas pretest menengah atau tinggi atau penyakit koroner yang diketahui, nilai prediksi negatif berbeda masing-masing dengan 0,90, 0,83, dan 0,50.
Untuk kepentingan praktis, probabilitas pretest yang menggunakan karakteristik klinis dan nilai kalsium sangat membantu dalam menentukan keberhasilan dalam hal mengesampingkan penyakit arteri koroner obstruksi pada pasien. Sebagai contoh, studi CORE-64 menunjukkan bahwa nilai prediksi negatif dari CCTA pada pasien probabilitas pretest menengah mengalami penurunan lebih dari 90% pada mereka dengan nilai kalsium di bawah 100 sampai sekitar 75% pada pasien dengan nilai kalsium 100 atau lebih besar dan mendekati 70% pada pasien dengan nilai kalsium 400 atau lebih besar.
Temuan studi yang paling penting adalah populasi pasien terutama prevalensi penyakit, memiliki pengaruh yang sangat besar pada keakuratan diagnostik CCTA, karena pada setiap uji-khususnya memiliki nilai-nilai prediktif. Nilai kalsium dengan prevalensi penyakit membantu mendefinisikan prevalensi penyakit pada populasi tertentu. Hasil studi ini sama dengan hasil studi-studi sebelumnya.
Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menunjukkan bahwa CCTA dapat menjadi alat yang handal dan bermanfaat untuk membimbing intervensi koroner. Gambar interpretasi untuk CCTA merupakan sesuatu yang tepat atau tidak tepat untuk modalitas pencitraan kardiak lainnya. Ada variabilitas yang cukup untuk modalitas-modalitas pencitraan lainnya, tergantung pada pelatihan, membaca volume, kualitas gambar, kalsifikasi, prevalensi penyakit, dll.
Nilai prediksi negatif CCTA pada pasien dengan penyakit koroner yang diketahui mendekati 0,50, dan tingkat positif palsu dan negatif palsu adalah sekitar 10% sampai 15% pada pasien dengan peluang pretest menengah. Karena itu, yang didokumentasikan dalam penelitian ini, tingkat kesalahan tetap terlalu tinggi untuk merekomendasikan penggunaan CCTA sebagai alternatif untuk kateterisasi jantung atau tes pencitraan stres pada pasien dengan probabilitas tinggi penyakit arteri koroner.
CCTA memberikan radiasi berpotensi berbahaya terhadap pasien dan kehadiran atau tidak adanya stenosis 50% tidak cukup untuk menentukan apakah revaskularisasi yang tepat atau tidak. Gejala dan adanya iskemia reversibel adalah faktor penting untuk menentukan kelayakan intervensi koroner. (J Am Coll Cardiol 2012; 59:388-389)
SL Purwo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar