pita deadline

pita deadline

Selasa, 20 Maret 2012

KARDIOLOGI KUANTUM (Mempelajari "NIAT" Stop Merokok dengan "3" Sentra Vitalitas Manusia)

Kardiologi kuantum adalah paradigma (baru) holistik-ekliktik (fisik-mental- spiritual) kardiovaskuler menggunakan fisika kuantum dan candra jiwa Indonesia untuk pencerahan perilaku dan empati klien-sehat, pasien-sakit, dan anggota masyarakat lainnya. (Jakarta, 14 Februari, 2012) Budhi S Purwo

Salam Kuantum,
Kardiologi kuantum sangat prihatin dengan perilaku merokok bangsa ini. Upaya menekan produksi rokok selalu kandas oleh kekuatan bisnis dengan lobby-nya. Menariknya, baris-baris dalam kalimat undang-undang tentang rokok di tingkat DPR saja dapat hilang begitu saja. Kementrian Kesehatan juga belum mampu mengajukan undang-undang stop merokok ke DPR. Organisasi non pemerintah tidak henti-hentinya menghimbau bahkan setuju bila harga rokok dan cukainya dinaikkan semahal-mahalnya alias bisnis rokok tidak jalan, pasti gagal! Peraturan-peraturan pemerintah akhir-akhir ini tentang pembatasan kadar nikotin dan keharusan menggunakan filter bagi rokok kretek, pasti mendapat acungan jempol dari NGO dan kardiologi kuantum.
Telaah di masyarakat dalam artian dunia keseharian di dalam makrokosmos mempertanyakan: “Apa benar petani akan merugi?” pendapatan petani tembakau (dan cengkih) sudah bisa diukur dan diatur oleh perusahaan rokok. Begitu panenan tembakau sampai pada 4-5 lapis daun terakhir, harga diturunkan sampai 50%, misalnya Rp50.000,- per kilogramnya (seharusnya Rp100.000). Empat-lima lapis daun terakhir tersebut lebih bersih, tebal, berat dan kadar nikotinnya paling tinggi. Lapis daun dibawah itu yang nyaris tak berharga, dinaikkan pelan-pelan harganya untuk memberi semangat petani. Tentu saja pabrik tidak mau membeli tembakau yang disimpan lama, lebih dari seminggu di gudang petani padahal tembakau tidak pernah membusuk. Pemerintah daerah juga mendapat bagian dari pembelian pabrik terhadap tembakau petaninya, berarti harus juga melindungi pengusaha dengan peraturan-peraturannya. Kecuali bila petani tembakau dapat bersatu dipimpin oleh petani cerdas pasti mampu melawan kartel tersebut, tetapi, kata pengamat, kelompok tersebut juga belum terdeteksi keberadaannya di seluruh dunia.
Kardiologi kuantum harus memperhatikan apa-apa yang belum diperhatikan oleh pendekatan kardiologi dan kedokteran vaskuler pada umumnya. Sesuatu itu dimulai dari niat, begitu guru agama mengajarkannya. Pengetahuan ini dipakai beberapa kardiolog untuk memberi semangat kepada siapa saja yang ingin berhenti merokok. Hasilnya masih perlu diteliti. Setidaknya 2,5% angka keberhasilan stop merokok tanpa motifasi apapun dari petugas kesehatan.
Di manakah “niat stop merokok” itu berada? tentu di dalam pikiran (cipta) kita yang memiliki variable ke-sadar-an yang nyaris tak terbatas. Kata-kata niat tersebut di alam fikir perokok tentu saja mendapat tentangan dari banyak varibel “anti”, “netral” dan dibantu “pro” stop merokok. Proses diskusi pro, netral dan kontra stop merokok didalam angan-angan inilah yang dinamakan proses penalaran sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang disebut pengertian.
Kardiologi kuantum harus memberi pencerahan kepada para kardiolog agar memperhatikan 4 Sentra Vitalitas dalam mikrokosmos manusia (baca: klien dan atau pasien). Angan-angan (rational mind) sebagai Sentra Vitalitas Pertama di dalam mikrokosmos (manusia) oleh Albert Einstein (fisikawan kuantum) dianggap hanya sebagai pembantunya yang terpercaya .. the rational mind is a faithful servant. We have created a society that honours the servant...
Sentra Vitalitas Ketiga, di dalam psike manusia adalah drive, pasion atau nafsu-nafsu. Walaupun jangkauan matra-nya (dimensi) tidak seluas yang pertama tetapi memiliki arah, polaritas yang unik: (1) egosentrifugal (sosial dan suprasosial: baik dan superbaik, satwam), meminjam istilah dalam bahasa Arab disebut Mutmainah. (2) Nafsu Egosentripetal (buruk dan netral; lauwamah, tamas) bertanggung jawab atas semua sifat-sifat negatif dari manusia. Dampaknya pada perilaku adalah semua perilaku tidak sehat misalnya merokok, kebanyakan makan, stres, dan kemalasan bergerak badan. Baik dan buruknya aktifitas manusia ditentukan oleh kedua nafsu tersebut. (bedakan dengan Id-nya Freud yang hanya mengandung nafsu kematian dan nafsu seks belaka. Karena matranya asadar sering disebut instink). Nafsu lainnya adalah (3) amarah (kemauan, semangat) dan (4) sufiah (keinginan, kesenangan). Drive kemauan dan kesenangan tidak menentukan tujuan kemana aktifitas dilakukan.
Pertemuan, pergumulan, peperangan antara angan-angan dan nafsu-nafsu menimbulkan suasana (ekstase) di dalam psike manusia, inilah Sentra Vitalitas Kedua: Perasaan. Perasaan manusia hanya mengenal 2 (dua) variabel: Positif dan negatif yaitu senang-sedih, menerima-menolak, percaya-tidak percaya.
Pertanyaan apakah pernyataan “..yang penting niat anda berhenti merokok!..” dapat di diskusikan lagi? Agar supaya Sang Niat tersebut selalu eksis di dalam alam kesadarannya klien dan pasien kita, bagaimana caranya? Secara fungsionil, EGO-lah yang mewakili pasien untuk berniat. Kenyataan, ego seringkali kalah bahkan selalu kalah. Buktinya semua klinik stop merokok, berhenti merokok yang diselenggarakan oleh Yayasan Jantung Indonesia, R.S. Jantung Harapan Kita, dan R.S. Persahabatan belum seperti yang diharapkan, mati segan hiduppun tak mau. Bahkan Fak. Psikologi dan Dep. Psikiatri di Indonesia belum terlihat kemampuannya menyembuhkan para pecandu rokok, padahal merokok merupakan jembatan menuju penggunaan narkoba di kalangan anak-anak muda. Mohon maaf sebesar-besarnya sekiranya pengamatan ini salah. Kita lupakan dulu adanya zat adiktif di dalam asap rokok, karena ini masalah organo biologis, semoga dapat di atasi dengan pendekatan farmakologi.
Kardiologi kuantum memandang niat tersebut harus diperkuat dengan sentuhan integritas kemanusiaannya, maksudnya diintegrasikan dengan seluruh potensi vitalitas yang sudah dimiliki dan diingatkan kembali oleh para kardiolog. Apakah sudah cukup dan hanya itu saja tiga-sentra vitalitas manusia? Jawabannya “YA” untuk Sigmund Freud dan Alfred Adler, tetapi “TIDAK” untuk Albert Einstein, Carl Gustav Jung, apalagi Soemantri Hardjoprakoso di dalam Candra Jiwa Indonesia. Diperlukan pengetahuan tentang Sentra Vitalitas ke 4, diluar psike manusia?!
Budhi Setianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar