pita deadline

pita deadline

Senin, 18 Mei 2009

Terapi Awal Payah Jantung: Penghambat Beta atau Penghambat EKA ?

Pada payah jantung, sistem adrenergik lah yang pertama kali teraktivasi dan kemudian memicu sistem renin angiotensin.

Dua jenis obat andalan payah jantung yang bermanfaat dalam menurunkan mortalitas dan perawatan ulang adalah penghambat beta dan penghambat ensim konversi angiotensin (EKA). Selama ini petunjuk yang ada merekomendasikan agar penghambat EKA dipergunakan lebih dulu baru kemudian penghambat beta. Namun, sikap menomorduakan penghambat beta ini dipertanyakan para peneliti CIBIS III. Mereka ini beranggapan bahwa terapi payah jantung yang diawali dengan penghambat beta dapat ditoleransi, aman dan bahkan berpotensi lebih baik.
"Pada payah jantung, sistem adrenergik lah yang pertamakali teraktivasi dan kemudian memicu sistem renin angiotensin", ungkap Ronnie Willenheimer dan kawan-kawan menjelaskan alasan mereka untuk menomorsatukan penghambat beta pada terapi payah jantung. Mereka kemudian merujuk pada dua penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa terapi payah jantung yang diawali dengan penghambat beta aman dan bermanfaat.
Untuk lebih membuktikan kebenaran hipotesa mereka, Willenheimer dkk melakukan studi yang melibatkan 1.010 penderita payah jantung dengan fraksi ejeksi < 35% dan berusia rata-rata 72 tahun. Studi yang dilakukan di 128 rumah sakit pada 18 negara eropa plus australia dan tunisia ini berjalan dalam rentang waktu antara 1 dan 2,5 tahun.
Seluruh subyek dibagi dua kelompok. Pada fase monoterapi yang berlangsung dalam 6 bulan, kelompok pertama mendapat terapi awal bisoprolol dan kelompok dua mendapat terapi enalapril. Kedua obat tersebut dititrasi hingga mencapai dosis 10 mg baik pada bisoprolol maupun enalapril. Setelah itu kedua kelompok mendapat terapi kombinasi.
Titik akhir primer studi ini adalah kejadian pertama kali mortalitas akibat penyebab apapun atau perawatan ulang lantaran penyebab apasaja.
Terbukti bahwa terapi awal bisoprolol tidak lebih inferior dibanding terapi awal dengan enalapril dalam hal titik akhir tersebut", tandas Willenheimer dkk.
Namun, apakah dengan demikian hasil studi ini dapat diterapkan langsung?
"Nanti dulu, kita harus lebih cermat dalam menilai keadaan pasien sebelum memberikan penghambat beta sebagai terapi awal payah jantung", tutur James C Fang dari divisi kardiovaskular, Brigham and Women’s Hospital, Boston dalam kolom editorialnya.
Fang tak keberatan bila penghambat beta diberikan pada pasien payah jantung yang terkompensasi. Namun, pemberian ini menurutnya harus diawasi ketat karena penghambat beta tidak dapat menyelamatkan gangguan hemodinamik bila terjadi dekompensasi akut. Adapun pada payah jantung yang perlu perawatan, ia lebih cenderung untuk memberikan penghambat sebagai terapi awal.
"Namun, penting untuk diingat bahwa manfaat terbesar pada pasien adalah mereka mendapat kedua jenis terapi tersebut", ungkap Fang menutup editorialnya.
(Dr. Yahya AF. Kardiovaskuler, 125)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar